Konosuke Matsushita

Konosuke Matsushita lahir dalam keluarga sederhana di desa Wasa , Jepang, pada tanggal 27 Nopember 1894. ketika ia dewasa, Ia adalah seorang yang cenderung penutup dan sakit-sakitan. Matsushita memiliki ayah yang suka pergi berjudi dan menghabiskan banyak uang. Pada usia sembilan tahun, ia bekerja di toko sepeda untuk membantu keluarga bertahan hidup. Salah satu prinsip yang dipegang Matsushita sepanjang karirnya adalah kemauan untuk mengambil risiko. Dia melakukan itu, ketika dia keluar dari pekerjaannya di toko sepeda untuk menerima pekerjaan di Osaka Light, sebuah perusahaan utilitas listrik. Matsushita dengan cepat dipromosikan dan akhirnya menjadi seorang inspektur.Selama bekerja di Osaka Light, dia berhasil membuat sebuah jenis baru soket lampu, yang lebih baik dari yang telah ada pada saat itu. Matsushita menunjukkan penemuan kepada bosnya, sehingga membuat bosnya terkesan. Matsushita tidak punya uang dan tidak ada pengalaman bisnis yang nyata, tetapi dia memiliki daya kreatifitas dan keinginan yang kuat. Jadi, tahun 1917, dia memutuskan untuk memproduksi perangkat itu sendiri. Dengan bantuan istri dan tiga asisten, Dengan bekal pendidikan tingkat lima yang saat itu masih dibawah dari pendidikan sekolah tinggi. Dalam sebuah rumah rumah petak mereka bekerja berjam-jam, tujuh hari dalam seminggu., dengan usaha keras akhirnya mereka berhasil menyelesaikan beberapa contoh produk baru. Saat itulah perusahaan yang bernama Panasonic berdiri.Pedagang umumnya menolak produk baru steker listrik tersebut. Mereka berusaha mengatakan bahwa itu adalah produk yang inovatif. Dia tetap bertahan dan pantang menyerah, dan secara bertahap orang mulai membeli steker, ketika mereka melihat bahwa lebih baik dalam kualitas dan hampir 50% lebih rendah dalam harga. Matsushita terus memperluas bisnisnya dengan mengambil kontrak untuk produk yang lain, seperti pelat isolator. Pada 1922, perusahaannya memperkenalkan produk baru setiap bulan. Dia juga mengembangkan strategi bisnis yang membuatnya menonjol dari pesaingnya. Dia belajar bahwa produk baru harus lebih baik 30% dan 30% lebih murah dari produk lain yang sama jenisnya. lampu sepeda, barang sangat diperlukan di Jepang. Matsushita menyadari bahwa dengan membuat produk lampu yang efisien untuk jutaan sepeda di negaranya, akan bisa menjadi sebuah produk yang populer. Jadi, ia merancang satu. Meskipun tidak langsung sukses, produknya yang bernama "bullet-lamp" akhirnya menjadi standar untuk seluruh industri. lampu Matsushita's powered menjadi begitu sukses sehingga banyak orang yang membelinya untuk digunakan di rumah-rumah mereka, untuk mengganti lampu minyak tanah tradisional. Tahun 1923 bullet-lamp diikuti oleh produk inovatif lainya yaitu pemanas ruangan elektrik, meja pemanas elektrik, dan tipe baru termostat. Produk pertama radio Matsushita, 3 model tabung vakum, diperkenalkan pada tahun 1931. Hal ini memenangkan hadiah pertama dalam Tokyo Broadcasting Station radio contest. Penemuan lainnya menyusul, termasuk motor listrik dan kipas listrik. Tidak sepenuhnya perjalanan bisnis Matsushita berjalan dengan mulus. Dengan Depresi Besar pada tahun 1930-an, lemari es, mesin cuci, AC, televisi berwarna, dan peralatan stereo yang akhirnya akan diproduksi, ada beberapa kendala yang menghadang. Matsushita melihat penjualan turun drastis. Tapi tidak seperti perusahaan lain, ia tidak memberhentikan karyawan agar perusahaan tidak merugi, karena karyawan sudah dianggapnya seperti bagian dari keluarganya. Sebaliknya, Ia menggesar posisi karyawanya yang sebelumnya menjadi buruh pabrik untuk menempati posisi penjualan. Pada saat yang sama ia memotong jadwal produksi. Namun, gudang penuh dengan barang dagangan yang tidak terjual. Matsushita tidak akan berubah pikiran ketika manajer bersikeras bahwa perusahaan harus memecat karyawan dan menutup fasilitas agar perusahaan bisa tetap berdiri. Dia memotong setengah jam kerja, tapi tetap membayar penuh upah karyawannya. Ia juga meminta pekerja untuk membantu menjual jaminan simpanan saham. Sebagai perusahaan lain banyak yang bangkrut, namun Matsushita Electric tetap bertahan. Ketika Perang Dunia Kedua membawa kehancuran untuk negaranya, itu adalah masa sulit untuk bagaimana Matsushita bersikap terhadap perang yang terjadi, tetapi perusahaan itu tidak memproduksi bahan-bahan untuk mesin perang Jepang. Ketika Jepang kalah dan Sekutu menguasai, Matsushita diperintahkan untuk menghentikan semua produksi. Sejak perusahaan memproduksi untuk membantu Jepang dalam upaya perang, Matsushita Electric diberi sanksi dengan pembatasan produksi perusahaanya. Matsushita berfikir tampaknya itu adalah akhir perusahaannya, seperti yang dialami banyak perusahaan Jepang lainnya, yang tidak pernah bisa bangkit setelah perang. Matsushita sendiri, hampir didepak dari pimpinan perusahaan yang ia buat sendiri. karyawannya mengajukan petisi kepada pemerintah militer untuk mengizinkan dia tetap memimpin.Matsushita yakin Jenderal Douglas MacArthur dan gubernur militer lainnya bahwa perusahaannya seharusnya diizinkan untuk melanjutkan produksi. Dia berjanji bahwa Jepang akan sekali lagi menjadi kekuatan dunia, namun kali ini dengan cara damai. Dia percaya bahwa negaranya bisa memimpin dunia dalam elektronik. Gubernur militer, menyadari bahwa strategi tersebut akan membantu Jepang pulih dari kehancuran perang, perusahaan Matsushita diizinkan untuk membuka kembali. Matsushita dan tim manajemennya mulai membangun kembali. Matsushita Electric segera kembali produksi dan menghasilkan keuntungan. Semangat kerja antara karyawan sangat kuat. Matsushita Electric terus berkembang, mengakuisisi perusahaan lainnya. Pada tahun 1952, ia menawarkan kepada konsumen televisi pertama hitam putih. Pada tahun 1959, Matsushita telah mendirikan tidak hanya Kyushu Matsushita Electric Company, Osaka Precision Machinery Company (kemudian berganti nama menjadi Matsushita Seiko), dan Matsushita Communication Industrial group (yang memproduksi tape recorder pertama), tetapi juga Matsushita Electric Corporation of America. Perusahaan yang membuat televisi berwarna pertama pada tahun 1960, karena produknya terus menyebar ke seluruh dunia sehingga brand terkenal yaitu "Nasional" dan "Panasonic." Konosuke Matsushita meninggal pada usia 94 tahun, ia meninggal di Tokyo pada tanggal 27 April 1989, meninggalkan salah satu kerajaan manufaktur terbesar di Jepang. Dalam beberapa tahun terakhir perusahaan telah terlibat dengan pengembangan standar high-density optical disc dimaksudkan untuk menggantikan DVD dan kartu memori SD. Pada tanggal 19 Januari 2006 Panasonic mengumumkan bahwa, mulai pada bulan Februari, ia akan menghentikan produksi televisi analog (kemudian 30% dari total bisnis TV) untuk berkonsentrasi pada TV digital. Pada November 3, 2008 Panasonic dan Sanyo sedang dalam pembicaraan, sehingga pada akhirnya Panasonic mengakuisisi Sanyo. merger ini selesai pada bulan September 2009, dan menghasilkan satu-perusahaan dengan pendapatan lebih dari ¥ 11.2 triliun (sekitar $ 110 miliar)
 

Evan Spiegel

Evan lahir di Los Angles,California, dari pasangan pengacara Melissa Ann Thomas dan John W. Spiegel.Spiegel dibesarkan di Pacific Palisades,California, dan menganut aliran gereja Episkopal. Ia belajar di Crossroad school of Arts di Santa Monica, kemudian menuntut ilmu di Univesitas Stanford.Spiegel mengambil kursus desain di Otis college of Art and Design saat masih SMA, kemudian pindah ke Art Center Collge Design di Pasadena pada musim panas menjelang kuliah di Stanford.Ia pernah magang tanpa gaji sebagai pedagang di Red Bull.Semasa kuliah, ia bekerja sebagai karyawan magang di perusahaan biomedis, instruktur karier di Cape Town, Afrika Selatan, dan anggota tim proyek TxtWeb di Intuit. Evan Thomas Spiegel adalah seorang entrepreneur Amerika di bidang internet. Evan Spiegel adalah salah satu pendiri dan CEO dari aplikasi mobile bernama Snapchat. Kalau belum memiliki Snapchat download aja di Google Play Store atau App Store.Kekayaan (11 Juni 15)$1.5 Billion.Ia masuk 5 orang terkaya dengan dibawah 30 tahun kisah sukses Evan Spiegel, berawal dari tugas kuliah. Berapa banyak orang yang benar-benar mengerjakan tugas sekolah hingga menjadi sebuah bisnis yang luar biasa besar. Awal mula proyek Evan bernama Picaboo. Berselangnya waktu Murphy masuk ke dalam proyek sebagai programmer. Ide ini banyak mendapat penolakan, ketika Evan mempresentasikan di depan kelas. . Evan meluncurkan kembali produk yang sama dengan nama yang berbeda, menjadi Snapchat Snapchat mendapatkan dana sebesar US$ 485.000 pada saat pendanaan awal dari Lightspeed Ventures. Pada Juni 2013, Snapchat mendapatkan dana US$60 juta sebagai pembiayaan lanjutan oleh Institutional Venture Partners. Pada bulan Juni 2013, Snapchat meluncurkan Snapkidz untuk pengguna di bawah umur 13 tahun. Snapkidz adalah bagian dari aplikasi Snapchat dan diaktivasikan ketika pengguna memasukkan tanggal lahir. Snapkidz memiliki fitur yang sama dengan snapchat, kecuali user tidak dapat membagikannya Pendapatan yang didapat oleh snapchat berasal dari banyaknya media-media yang ingin menaruh iklan dan lain-lain, biaya yang di tetapkan oleh snapchat bervariasi ditentuka dari berapa banyak iklan tersebut dilihat dan dibaca oleh user snapchat.
 

Dr. Ir. Ciputra

Dr. Ir. Ciputra lahir di kota kecil Parigi, Sulawesi Tengah pada tanggal 24 Agustus 1931 dengan nama Tjie Tjin Hoan, ia anak ke 3 dari pasangan Tjie Sim Poe dan Lie Eng Nio yang juga berlatar belakang keluarga sederhana. Ketika berusia 12 tahun ia kehilangan ayahnya yang meninggal di tahanan tentara pendudukan Jepang karena tuduhan palsu dianggap mata-mata Belanda. Kepahitan masa kecil telah menimbulkan tekad dan keputusan penting yaitu memiliki cita-cita bersekolah di Pulau Jawa demi hari depan yang lebih baik, bebas dari kemiskinan dan kemelaratan. Akhirnya Dr. Ir. Ciputra kecil kembali ke bangku sekolah walau terlambat. Ia terlambat karena negara kita masih dalam suasana peperangan dengan tentara Belanda maupun Jepang. Ia masuk kelas 3 SD di desa Bumbulan walau usianya sudah 12 tahun atau terlambat hampir 4 tahun. Ketika usianya 16 tahun lulus dari SD kemudian melanjutkan SMP di Gorontalo dan jenjang SMA di Menado setelah itu memasuki ITB jurusan arsitektur di Bandung. Terlambat tapi bukan berarti terhambat bukan..? Keseluruhan pendidikan masa remaja Dr. Ir. Ciputra memang merupakan gabungan dari pendidikan yang akademis dan juga non akademis, di dalam kelas dan juga di luar kelas. Inilah yang dapat disebut sebagai sekolah kehidupan yang membuat seseorang tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan utuh. Oleh karena itu tidak heran bila saat ini ia berpendapat bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membangun manusia seutuhnya dan beberapa cirinya adalah membangun moral, mendorong kreativitas dan mendidik karakter-karakter mandiri siswa-siswinya. Karya-karya besar Ciputra begitu beragam, karena hampir semua subsektor properti dijamahnya. Ia kini mengendalikan 5 kelompok usaha Jaya, Metropolitan, Pondok Indah, Bumi Serpong Damai, dan Ciputra Development yang masing-masing memiliki bisnis inti di sektor properti. Proyek kota barunya kini berjumlah 11 buah tersebar di Jabotabek, Surabaya, dan di Vietnam dengan luas lahan mencakup 20.000 hektar lebih. Ke-11 kota baru itu adalah Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, Puri Jaya, Citraraya Kota Nuansa Seni, Kota Taman Bintaro Jaya, Pondok Indah, Citra Indah, Kota Taman Metropolitan, CitraRaya Surabaya, Kota Baru Sidoarjo, dan Citra Westlake City di Hanoi, Vietnam. Proyek-proyek properti komersialnya, juga sangat berkelas dan menjadi trend setter di bidangnya. Lebih dari itu, proyek-proyeknya juga menjadi magnit bagi pertumbuhan wilayah di sekitarnya. Perjalanan bisnis Ciputra dirintis sejak masih menjadi mahasiswa arsitektur Institut Teknologi Bandung. Bersama Ismail Sofyan dan Budi Brasali, teman kuliahnya, sekitar tahun 1957 Ciputra mendirikan PT Daya Cipta. Biro arsitek milik ketiga mahasiswa tersebut, sudah memperoleh kontrak pekerjaan lumayan untuk masa itu, dibandingkan perusahaan sejenis lainnya. Proyek yang mereka tangani antara lain gedung bertingkat sebuah bank di Banda Aceh. Tahun 1960 Ciputra lulus dari ITB. Ke Jakarta…Kita harus ke Jakarta, sebab di sana banyak pekerjaan, ujarnya kepada Islamil Sofyan dan Budi Brasali. Keputusan ini menjadi tonggak sejarah yang menentukan jalan hidup Ciputra dan kedua rekannya itu. Dengan bendera PT Perentjaja Djaja IPD, proyek bergengsi yang ditembak Ciputra adalah pembangunan pusat berbelanjaan di kawasan senen. Dengan berbagai cara, Ciputra adalah berusaha menemui Gubernur Jakarta ketika itu, Dr. R. Soemarno, untuk menawarkan proposalnya. Gayung bersambut. Pertemuan dengan Soemarno kemudian ditindak lanjuti dengan mendirikan PT Pembangunan Jaya, setelah terlebih dahulu dirapatkan dengan Presiden Soekarno. Setelah pusat perbelanjaan Senen, proyek monumental Ciputra di Jaya selanjutnya adalah Taman Impian Jaya Ancol dan Bintaro Jay. Melalui perusahaan yang 40% sahamnya dimiliki Pemda DKI inilah Ciputra menunjukkan kelasnya sebagai entrepreuneur sekaligus profesional yang handal dalam menghimpun sumber daya yang ada menjadi kekuatan bisnis raksasa. Grup Jaya yang didirikan tahun 1961 dengan modal Rp. 10 juta, kini memiliki total aset sekitar Rp. 5 trilyun. Dengan didukung kemampuan lobinya, Ciputra secara bertahap juga mengembangkan jaringan perusahaannya di luar Jaya, yakni Grup Metropolitan, Grup Pondok Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan yang terakhir adalah Grup Ciputra. Jumlah seluruh anak usaha dari Kelima grup itu tentu di atas seratus, karena anak usaha Grup Jaya saja 47 dan anak usaha Grup Metropolitan mencapai 54. Mengenai hal ini, secara berkelakar Ciputra mengatakan: Kalau anak kita sepuluh, kita masih bisa mengingat namanya masing-masing. Tapi kalau lebih dari itu, bahkan jumlahnya pun susah diingat lagi. Fasilitas merupakan unsur ketiga dari 10 faktor yang menentukan kepuasan pelanggan. Konsumen harus dipuaskan dengan pengadaan fasilitas umum dan fasilitas sosial selengkapnya. Tapi fasilitas itu tidak harus dibangun sekaligus pada tahap awal pengembangan. Jika fasilitas selengkapnya langsung dibangun, harga jual akan langsung tinggi. Ini tidak akan memberikan keuntungan kepada para pembeli pertama, selain juga merupakan resiko besar bagi pengembang. Ciputra memiliki saham di lima kelompok usaha (Grup Jaya, Grup Metropolitan, Grup Pondoh Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan Grup Ciputra). Dari Kelima kelompok usaha itu, Ciputra tidak menutupi bahwa sebenarnya ia meletakkan loyalitasnya yang pertama kepada Jaya. Pertama, karena ia hampir identik dengan Jaya. Dari sinilah jaringan bisnis propertinya dimulai. Sejak perusahaan itu dibentuk tahun 1961, Ciputra duduk dalam jajaran direksinya selama 35 tahun: 3 tahun pertama sebagai direktur dan 32 tahun sebagai direktur utama, hingga ia mengundurkan diri pada tahun 1996 lalu dan menjadi komisaris aktif. Kedua, adalah kenyataan bahwa setelah Pemda DKI, Ciputra adalah pemegang saham terbesar di Jaya. PT Metropolitan Development adalah perusahaannya yang ia bentuk tahun 1970 bersama Ismail Sofyan, Budi Brasali, dan beberapa mitra lainnya. Kelompok usaha Ciputra ketiga adalah Grup Pondok Indah (PT Metropolitan Kencana) yang merupakan usaha patungan antara PT Metropolitan Development dan PT Waringin Kencana milik Sudwikatmono dan Sudono Salim. Grup ini antara lain mengembangkan Perumahan Pondok Indah dan Pantai Indah Kapuk. Kelompok usaha yang keempat adalah PT Bumi Serpong Damai, yang didirikan awal tahun 1980-an. Perusahaan ini merupakan konsorsium 10 pengusaha terkemuka – antara lain Sudono Salim, Eka Tjipta Widjaya, Sudwikatmono, Ciputra dan Grup Jaya – yang mengembangkan proyek Kota Mandiri Bumi Serpong Damai seluas 6.000 hektar, proyek jalan tol BSD – Bintaro Pondok Indah, dan lapangan golf Damai Indah Golf. Grup Ciputra adalah kelompok usahanya yang Kelima. Grup usaha ini berawal dari PT Citra Habitat Indonesia, yang pada awal tahun 1990 diakui sisi seluruh sahamnya dan namanya diubah menjadi Ciputra Development (CD). Ciputra menjadi dirutnya dan keenam jajaran direksinya diisi oleh anak dan menantu Ciputra. Pertumbuhan Ciputra Development belakangan terasa menonjol dibandingkan keempat kelompok usaha Ciputra lainnya. Dengan usia paling muda, CD justru yang pertama go public di pasar modal pada Maret 1994. Baru beberapa bulan kemudian Jaya Real properti menyusul. Total aktiva CD pada Desember 1996 lalu berkisar Rp. 2,85 triliun, dengan laba pada tahun yang sama mencapai Rp. 131,44 miliar. CD kini memiliki 4 proyek skala luas: Perumahan Citra 455 Ha, Citraraya Kota Nuansa Seni di Tangerang seluas 1.000 Ha, Citraraya Surabaya 1.000 Ha, dan Citra Indah Jonggol. 1.000 Ha. Belum lagi proyek-proyek hotel dan mal yang dikembangkannya, seperti Hotel dan Mal Ciputra, serta super blok seluas 14,5 hektar di Kuningan Jakarta. Grup Ciputra juga mengembangkan Citra Westlake City seluas 400 hektar di Ho Chi Minh City, Vietnam. Pembangunannya diproyeksikan selama 30 tahun dengan total investasi US$2,5 miliar. Selain itu, CD juga menerjuni bisnis keuangan melalui Bank Ciputra, dan bisnis broker melalui waralaba Century 21. Sejak beberapa tahun lalu, Ciputra menyatakan Kelima grup usahanya – terutama untuk proyek-proyek propertinya – ke dalam sebuah aliansi pemasaran. Aliansi itu semula diberi nama Sang Pelopor, tapi kini telah diubah menjadi si Pengembang. “Nama Sang Pelopor terkesan arogan dan berorientasi kepada kepentingan sendiri,” ujar Ciputra tentang perubahan nama itu. (Oetari Nur Rahmah)
 

Larry Page

Siapa yang pernah kesulitan menemukan informasi tentang suatu hal?Jika dulu kita harus membuka banyak buku untuk menemukan informasi sulit (itupunkadanggakketemujawabannya), maka sekarang sudah tidak lagi. Anda tinggal buka google.com dan ketikkan kata kunci yang mau anda cari, lalu... tak sampai lima menit anda sudah disuguhi berbagai informasi yang anda cari secara lengkap. (Google kok kayak dukunya, kalo gitu kita panggil Mbah Google ajahe..he..he..). Jika kita berbicara mengenai Google, maka kita pasti akan langsung membayangkan sebuah perusahaan raksasa dengan berbagai macam produk mutakhirnya di dunia teknologi. Hampir setiap hari kita pasti bersinggungan dengan produk-produk buatannya, dari mulai mesin pencari, browser Google Chrome, situs video streaming Youtube, hingga smartphone Android yang sudahterjualhinggaratusanjuta unit di seluruhdunia. Namun di balik semua kecanggihan tersebut tahukah Andasiapa yang mendirikan perusahaan raksasa teknologi tersebut?Bagaimana bias dia membuat program yang begitu canggih bahkan tak sampai 10 tahun menjadikannya perusahaan raksasa. Bahkan mampu membayar sekian juta dolar keseluruh orang didunia melalui program Google AdSense-nya.Ya, Larry page dan Sergey brin merupakan dua sosok penting di balik berdirinya perusahaan ini. Akan tetapi pada kesempatan kali ini Saya akan mengulas biografi salah satu dari keduatokoh pendiri Google tersebut yaitu Larry Page. Bagaimanakah kisah perjalanan hidup seorang Larry Page hingga menjadi seorang milyader seperti sekarangini? Simak ulasan lengkapnya berikut ini. Masa kecildanPendidikan Larry Page adalah salah salah seorang pendiri Google dan saat ini menjabat sebagai Presiden Produk-produk buatan Google Inc. Lawrence E. Page lahir tahun 1973 di Lansing, Michigan dari orangtua Carl Vincent Page yang merupakan seorang professor ilmu komputer di Universitas Michigan dan Gloria Page yang merupakan guru pemrograman komputer di Universitas Michigan. Setelah lulus dari East Lansing High School ia belajar dan mendapat kangelar Bachelor of Science di bidang Teknik computer dari University of Michigan dan kemudian melanjutkan studi program Master di Universitas Stanford. Ketika belajar di Universitas Stanford, Page berkenalan dengan seorang teman kuliahnya yang bernama Sergey Brin. Awalnya kedua orang tersebut tidak beteman dengan baik karena keduanya selalu tidak sependapat dalam berbagai macam hal.Tetapi akhirnya keduanya menjadi akrab setelah mendiskusikan sebuah topik yang sangat menarik bagi mereka berdua. Topik tersebut adalah mengenai pencarian informasi dari kumpulan data besar.Kedua sahabat ini kemudian menulis sebuah makalah yang kemudian dikenal secara luas sebagai karya terbaik mereka yaitu "The Anatomy of a Large-Scale Hypertextual Web Search Engine" yang menjadi cikal bakal berdirinya Google.Semenjak saat itu makalah yang mereka buat tersebut menjadi satu dari sepuluh makalah ilmiah yang paling banyak diakses di Stanford University. Mendirikan Google Setelah lulus dari perkualiahan mereka mulai merancang sebuah proyek yang kemudian menjadi cikal bakal pembentukan mesin pencari Google. Mereka kemudian berkongsi dalam suatuproyek yang diberinama SergeyandLarry. Disetiap pertemuan mereka terus membahas itu dan menyatakannya dengan membuat program computer untuk mencari informasi tertentu yang diberinama BackRub. Awalnya Back Rubbelumlahsempurnadanmasihbanyakkekurangan.Kemudiansuatuhariadaseorangtemannya yang bersediamemberisuntikandanasebesar 100 ribudolarasalnamabackRubdigantidengan Google. Bahkansaatitumerekabelummendirikan Google dantaktahuapaituartinya Google. Setelahditelisikternyata Google berawaldari kata Googol yang diplesetkan. Merekaterusmenyempurnakanmesinpencarianmereka.Sebelumnyamerekapernahmenawarkankerjasamadenganbeberapaperusahaanseperti Alta Vista namunditolak.Walaubegitumerekatetapoptimisuntukterusmenjalankan Google. Setelahmencobamenjualberbagaimacamgagasannamungagal, merekaakhirnyamemutuskanmenulisrencanabisnisdanmembawa total investasiawalhampir $ 1 jutauntukmemulaiperusahaanmerekasendiri. Padabulan September 1998 Google Incdibuka di Menlo Park, California. Perusahaan tumbuhbegitucepatdanmendapatkanbegitubanyakkaryawansehinggabeberapakantorharusdirelokasikarenakurangnyaruang. Akhirnya Google Incmenetap di tempat yang sekarangdisebutsebagai Mountain View, di wilayah California.Selamabeberapatahunberikutnya google yang dipimpinoleh Larry dan Sergey membuatbanyakinovasidanprodukbaru.Padatahun 2006, jumlahkaryawan yang dimilikinyahampirmencapai 5000 orang karyawan. PadabulanOktober 2004 Google mengumumkanhasilkuartalpertamamerekasebagaisebuahperusahaanpublik, denganmencatatpenerimaansebesar $ 805.9 juta.Padatahun 2005 Page diperkirakanmemilikikekayaansenilai US $ 12 miliardanmenjadi orang urutankeenambelasdalamdaftarmajalah Forbes danmembuatnyamenjadi orang ke-27 terkaya di duniapadasaatitu. Selainmenjadiseorangtokohsentral di perusahaan Google, Larry Page juga merupakananggota National Advisory Committee (NAC) untukUniversitas Michigan College of Engineering.Padatahun 2004, Larry bersamasahabatnya Sergey Brin mendapatpenghargaan Marconi Prize. Page juga merupakanseorangwalidireksidari X PRIZE, danterpilihmenjadianggota National Academy of Engineering padatahun 2004. Padatahun 2006, Google membuatsebuahkejutandenganmembelisalahsatu situs video streaming terbesar di duniayaituYoutubedenganhargamencapai USD 1,65milyar. Beberapatahunberikutnya Google semakinmengukuhkanposisinya di puncakperusahaanteknologidenganmengeluarkansistemoperasiuntukponsel yang bernama Android. Saatini, Larry page terusmelanjutkantanggungjawabnyauntukmenjalankanrodabisnisdaninovasi Google bersama Sergey Brindan juga CEO Google saatiniyaitu Eric Schmidt. Mengapa Larry Page disebutsebagaiseorangwirausahaadalahkarenamelekatnyakarakterseorangpengusahapadadirinya, antara lain: 1. Percayadiri 2. Berorientasikantugasdanhasil 3. Beranimengambilrisiko (risk taker) 4. Kepemimpinan 5. Keorisinilan 6. Berorientasi masa depan 7. Jujurdantekun 8. Tidakcepatberpuasdiri BerikutiniSayasertakan business model canvas dari Google (Handrian Sinaga)
 

William Tanuwijaya : Pendiri Tokopedia

Ia dikenal sebagai Pendiri Tokopedia bersama Leontinus Alpha Edison. William Tanuwijaya lahir di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 18 November 1981. Ia bersekolah hingga SMA di kampung halamannya tersebut, dan selama 18 tahun di kampung halamannya, setelah lulus SMA ia kemudian memberanikan diri untuk berangkat ke ibukota yaitu Jakarta untuk kuliah. Ia diterima di Universitas Bina Nusantara (BINUS) Jakarta. Selama kuliah, ia rajin mencari pekerjaan sampingan untuk membiayai kuliahnya. Ketika masuk semester dua di kampusnya, ia kemudian bekerja di Warnet dari jam 9 Malam hingga jam 9 pagi. Setelah lulus dari kampusnya yaitu BINUS, ia kemudian bekerja di kantoran yang bergerak dibidang pengembangan software komputer. Namun lama kelamaan mulai terbesit ide dipikiran William Tauwijaya untuk mendirikan perusahaan sendiri. Dimana mimpinya adalah mempunyai perusahaan Internet sendiri. Kemudian pada tahun 2007, dari idenya ia kemudian mulai membangun Tokopedia. Ide William Tanuwijaya mengenai tokopedia datang ketika ia menjadi moderator dalam forum online Kafegaul yang mempunyai fasilitas jual beli, hingga ia kemudian mulai terinpirasi dari hal tersebut untuk menciptakan startup baru yang kemudian ia namakan dengan tokopedia. Munculnya Ide Mengenai Tokopedia Ia kemudian mengajak temannya yang bernama Leontinus Alpha Edison untuk mendirikan Tokopedia sebuah startup jual beli online yang menghubungkan penjual dan pembeli diseluruh Indonesia dengan biaya gratis. Untuk membangun tokopedia tersebut, William Tanuwijaya membutuhkan modal besar untuk idenya tersebut, keadaan makin sulit ketika ayahnya divonis penyakit kanker sehingga ia menjadi tulang punggung mencari nafkah untuk keluarga. Sadar bahwa idenya pasti berhasil, ia kemudian berusaha untuk mencari pendanaan atau modal untuk mengembangkan usahanya tersebut belajar dari Google dan Facebook didirikan melalui pendanaan untuk startup melalui perusahaan ventura (pemodal). William Tanuwijaya kemudian mendatangi satu persatu orang yang ia kenal untuk memodali idenya tersebut. Dari bos di tempat kerjanya hingga kenalan teman-teman bosnya. Ia kemudian mulai menceritakan mengenai Tokopedia, sebuah pasar online atau e-commerce tempat bertemunya penjual dan pembeli dari seluruh Indonesia, dimana orang-orang dapat memasarkan produk-produk mereka keseluruh Indonesia melalu Tokopedia. Tokopedia juga menjadi perantara jual beli online yang aman bagi penggunanya. Sehingga idenya tersebut dapat memecahkan masalah marketplace yang dialami di Indonesia. Selama dua tahun, ia bekerja keras terus menerus mencari investor untuk membiayai ide 'Tokopedia' nya tersebut. Banyak investor yang menanyakan pengalaman William Tanuwijaya dalam berbisnis. Banyak juga yang menganggap bahwa mimpinya terlalu tinggi. Disinilah modal mengenai kepercayaan menurutnya itu sangat penting sebab sangat sulit menurutnya untuk mendapatkan kepercayaan orang lain apalagi untuk memulai bisnisnya tersebut. Semua ia lakukan dari Nol untuk membangun bisnisnya tersebut. William Tanuwijaya Mendirikan Tokopedia Hingga kemudian usaha William Tanuwijaya selama dua tahun akhirnya membuahkan hasil, tepatnya pada tahun 2009, pada tanggal 6 Februari 2009, Tokopedia milik William Tanuwijaya resmi berdiri dan pada hari kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2009, Tokopedia resmi diluncurkan ke publik setelah mendapatkan suntikan dana dari pada Investor dan juga bos di tempat kerjanya. Tokopedia bahkan mendapatkan penghargaan sebagai e-commerce terbaik di Indonesia dari Bubu Awards Tokopedia terus menerus mendapatkan pendanaan dari tahun ke tahun dari para investor mengingat perkembangannya sangat baik, seperti , East Ventures tahun 2010, CyberAgent Venture di tahun 2011, Beenos di tahun 2012 dan Softbank pada tahun 2013. Tokopedia buatan William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison terus menerus berkembang, bahkan pada akhir tahun 2014, Tokopedia mendapatkan kucuran dana untuk modal sebesar 100 Juta Dollar dari Softbank Internet yang juga memodali Alibaba serta Sequoia Capital yang juga pernah memodali Google dan Apple dan Instagram. William Tanuwijaya kemudian sekarang ini menjadi CEO perusahaan Tokopedia serta Leontinus Alpha Edison menjadi COO Tokopedia. Hingga kini tokopedia terus menerus berkembang pesat berkat usaha pantang menyerah William Tanuwijaya dan rekannya Leontinus Alpha Edison. (Affan Ariobimo)
 

Chairul Tanjung

Chairul Tanjung merupakan kelahiran Jakarta, 16 Juni 1962. Enam bersaudara dengan Orang tua Chairul Tanjung bernama A.G Tanjung (Ayah) yang berketurunan Batak sedangkan ibunya bernama Halimah adalah orang Sunda tepatnya Sukabumi. Awal mulanya keluarga Chairul Tanjung adalah keluarga yang berlebih namun, ayahnya adalah seorang wartawan di jaman Presiden Soekarno dan juga menerbitkan majalah lokal yang oplahnya lumayan. Namun kemudia saat era Soeharto, surat kabar dari ayah Chairul Tanjung dicurigai sebagai antek orde lama dan akhirnya dipaksa untuk tutup. Dari sinilah perekonomian keluarganya menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Rumah yang cukup luas yang didiami keluarganya terpaksa harus dijual untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhan hidup. Akhirnya Chairul Tanjung bersama saudara dan orang tuanya harus pindah ke kamar losmen yang sangat sempit. Walau tengah dihimpit kesulitan ekonomi namun ayah dan ibunya ingin anak-anaknya mengenyamm pendidikan setinggi mungkin. Oleh karena itu saat Chairul lulus dari SMA Boedi Oetomo pada tahun 1981, ia kemudian melanjutkan studinya di Kedokteran gigi Universitas Indonesia. Chairul termasuk mahasiswa yang pandai. Ia sempat mendapat penghargaan sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional pada tahun 1984-1985. Untuk menopang uang sakunya yang jauh dari cukup, Chairul pun berkuliah sambil berbisnis. Awalnya ia berjualan buku kuliah stensilan, kemudian juga berjualan kaos. Ia bersama temannya kemudian juga membuka usaha foto copy di kampusnya. Ia juga membuka kios di daerah Senen Raya Jakarta Pusat yang menyediakan aneka kebutuhan dan peralatan kedokteran dan laboratorium. Walau ia harus mmebagi waktu antara kuliah dan berbisnis, namun Chairul bisa menyelesaikan kuliah nya di kedokteran gigi dengan baik. Beliau kemudian menyandang gelar Sarjana kedokteran dibelakang namanya. Namun karena darah bisnis rupanya lebih kental, ia kemudian memutuskan untuk menjemput rejeki dari bisnis bukan sebagai dokter gigi. Chairul kemudian lebih memantabkan bisnisnya dengan mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga temannya pada tahun 1987. Bisnis ini bermodalkan hutangan dari bank Exim sebesar 150 juta. Perusahaan Chairul dan temennya ini memproduksi sepatu anak-anak untuk diekspor. Mereka patut berbangga karena begitu mendirikan usaha ini mereka langsung menerima orderan sebesar 160 ribu pasang sepatu dari Itali. Namun kemudian Chairul memutuskan untuk berpisah dan mendirikan usaha sendiri karena ternyata ketiga temannya memiliki visi yang berbeda dengan dirinya. Membentuk Konglomerasi Chairul Tanjung kemudian mendirikan perusahaann sendiri yang bergerak dibidang media yaitu mendirikan Trans TV. Chairul Tanjung sangat pandai dalam membangun jaringan . Perusahaannya ini semakin maju dan akhirnya berhasil membuat suatu konglomerasi yang kemudian diberi nama Para Group. Para Group sendiri kemudian membagi tiga ladang usahanya yaitu dibidang keuangan, properti, multimedia. Di bidang keuangan berkembang menjadi perusahaan seperti : • Bank Mega Tbk • Asuransi Umum Mega • Asuransi Jiwa Mega Life • Para Multifinance • Mega Capital Indonesia • Bank Mega Syariah • Mega Finance Dibidang Investasi, Para Group juga mengakuisi si Carefour Indonesia dimana awalnya hanya memegang 40% saham namun kini Para Group memegang 100% saham Carefour. Kemudian Para Group juga membeli saham Garuda Indonesia tapi entah berapa persen. Di bidang properti, Para Group memiliki perusahaan seperti : • Para Bandung Propertindo • Para Bali Propertindo • Batam Indah Investindo • Mega Indah Propertindo • Bandung Supermall Di bidang multimedia, Para Group membawahi anak perusahaan seperti : • Trans TV • Trans 7 • Maha Gaya Perdana • Trans Fashion • Trans Life Style • Trans Studio Chairul Tanjung kemudian merubah nama Para Group menjadi CT Corp pada tanggal 1 Desember 2011. Pendidikan Chairul Tanjung • SD Van Lith, Jakarta (1975) • SMP Van Lith, Jakarta (1978) • SMA Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981) • Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987) • Executive IPPM (MBA; 1993) Rahasia Sukes Bisnis Chairul Tanjung Chairul Tanjung bisa mencapai kesuksesan seperti ini bukan karena beliau adalah orang super. Ini dikarenakan beliau sangat pandai dalam membangun jaringan atau networking. Bagi Chairul, membangun jaringan adalah segalanya bahkann diatas modal itu sendiri. Ketiak bisnisnya lesu maka jaringan bisa diandalkan. Membangun jaringan tidak hanya pada orang atau perusahaan yang sudah ternama saja, pada perusahaan yang belum ternama pun juga perlu karena siapa tahu esoknya kita memerlukan bantuan mereka bahkan pada seorang kurir pun menjaga networking sangat dibutuhkan. Dalam membangun bisnisnya, Chairul sangat sabar menapaki tangga bisnisnya. Selain kerja keras, pantang menyerah dan jaringan, kesabaran juga sangat penting. Chairul menyarankan agar tidak melakukan cara-cara instan karena itu hanya akan menjadi api dalam sekam bagi bisnisnya. Mengapa disebut sebagai seorang entrepreneur?  1. memiliki kegigihan dalam usaha  2. tidak mudah menyerah  3. berani dalam pengambilan tindakan dengan segala resiko  4. Pantang menyerah dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya
(Intan Nurhasanah)
 

Jody Broto Suseno : PENDIRI WAROENG STEAK N SHAKE “BUKAN STEAK BIASA”

SEJARAH Sukses yang diraih Waroeng Group tidak lepas dari keuletan dan tangan dingin sang owner (pemilik), Jody Broto Suseno (37). Dengan bakat wirausaha yang dimilikinya, sejak lulus SMA tahun 1993, Jody telah mencoba berbagai macam usaha, mulai bisnis parsel, susu segar, roti bakar, hingga kaos partai. Untung dan rugi pun pernah ia alami. Tahun 1997, Jody terlibat mengurusi usaha “Obonk Steak” milik orangtuanya. Ia diminta menangani Obonk Steak dan memasarkannya ke teman-teman kuliahnya. “Tapi sayangnya ndak ada yang datang, karena harganya cukup mahal dan tidak terjangkau oleh kantong mahasiswa,” ungkapnya sambil tersenyum. Pengalaman terakhir inilah yang memberi inspirasi untuk membuat usaha kuliner steak dengan harga mahasiswa. Jody pun mulai memikirkan cara menekan harga steak yang sejatinya memang mahal. Diakui Jody, untuk mendirikan Waroeng Steak and Shake dibutuhkan modal awal yang cukup besar. Beruntung ia memiliki sepeda motor pemberian orangtua, yang akhirnya dijual untuk modal usaha. Tanggal 4 September 2000 adalah awal berdirinya Waroeng Steak and Shake di Jalan Cendrawasih Demangan Yogyakarta. Jody memilih nama Waroeng sebagai brand usaha kulinernya untuk memberi kesan murah kepada konsumen. “Di mana-mana yang namanya steak itu mahal, makanya saya memberi nama Waroeng untuk memberi kesan murah,” kata Jody. Mengingat pangsa pasarnya anak muda dan mahasiswa, maka warna yang digunakannya pun dibuat ngejreng, dengan kombinasi warna kuning yang dominan dipadu warna putih dan hitam. Tahun pertama merupakan perjuangan bagi Jody. Dengan lima meja, sepuluh hot plate dan tiga menu utama (Sirloin, Tenderlon, dan Chicken Steak) yang disediakan Waroeng Steak, tak jarang hari-hari yang dilalui Jody tanpa pengunjung. Kalaupun ada, jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Masa awal ini lebih banyak dukanya daripada sukanya. Namun, usaha ini tetap jalan. Jody bertugas memasak di dapur, istrinya melayani tamu sekaligus menjadi kasir, dan dua karyawannya menangani tugas lainnya. “Alhamdulillah, di tahun pertama masih bisa menggaji karyawan dan memenuhi kebutuhan keluarga, meski pas-pasan,” jelas Jody. Interaksinya dengan pelanggan dan masukan yang dilontarkan mereka membuat Jody terus berbenah. Jody pun berinisiatif membuat daftar harga dan dipasang di depan warung miliknya. Ternyata cara ini efektif. Tidak lama berselang, banyak pengunjung dari berbagai kalangan memenuhi gerainya. Tahun kedua, usahanya mulai menampakkan hasil. Pengunjungnya semakin stabil, bahkan tidak mampu melayani seluruh pengunjung. Maka ia pun mengajak keluarganya untuk berinvestasi mengembangkan usaha ini, mulai dari ayah, ibu, saudara, paman, dan keluarga lainnya diajak berinvestasi dengan bagi hasil 50:50. Semakin hari usaha ini berkembang hingga cabang ke-7 dengan sistem bagi hasil. Barulah pada gerai ke-8 dan seterusnya Jody mampu mendanai sendiri gerainya, tanpa menerapkan pola franchise. Tahun 2010, Waroeng Group mulai menawarkan program menarik bagi karyawannya. Bagi yang mampu menghafal al-Qur`an minimal empat surah pilihan akan diikutkan umrah dan haji gratis. “Ternyata banyak karyawan yang bisa menghafal empat surah, dan terpaksa dilakukan pengundian untuk memilih enam di antaranya,” kata Jody. Sebagai bagian dari Spiritual Company, Jody menerapkan aturan ketat kepada karyawannya. Bila tahun 2009 larangan merokok ditujukan kepada seluruh menejemen, maka mulai 2010 seluruh karyawannya dilarang merokok. Kini, selain sibuk mengurus usahanya, Jody pun aktif mendirikan Rumah Tahfizh dan mengasuh puluhan anak untuk menghafal al-Qur`an. “Saat ini sudah berdiri empat Rumah Tahfizh yang mengasuh 83 santri mukim, dan 60 santri kalong, satu di antaranya adalah Rumah Tahfizh Waroeng Group. Alhamdulillah, usaha saya terbukti semakin meningkat, ”ungkap Jody yakin". Sekarang usaha kulinernya telah mencapai 50 outlet (gerai), dengan omzet di atas Rp 100 juta perbulan untuk setiap gerai. Mengapa Disebut entrepreneur?  Memiliki tingkat kreativitas yang tinggi  Berani mengambil resiko  Memiliki keinginan besar untuk sukses  Memiliki optimisme tinggi dengan keputusan yang diambil  Menggunakan peluang dari masalah yang ada untuk membuat inovasi baru  Bersifat responsif dalam menghadapi persoalan yang ada  Berdedikasi tinggi dan fokus terhadap usaha yang dijalaninya  Kerja keras (Karina Safira)
 

Rizka Wahyu Romadhona : Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang

Rizka Wahyu Romadhona yang akrab dipanggil Rizka, wanita kelahiran Surabaya 29 tahun yang lalu, sukses menjadi pengusaha muda di bidang kuliner yaitu bisnis Lapis Bogor Sangkuriang yang mengantarnya menjadi Pemenang I Lomba Wanita Wirausaha Mandiri Femina 2013. Wanita yang sudah memiliki suami yang bernama Anggara Kasih Nugroho Jati sudah menjadi seorang miliuner. Sempat bangkrut saat berbisnis bakso, Rizka Wahyu Romadhona kini sukses dengan bisnis kue lapis dengan label Lapis Bogor Sangkuriang. Kejelian perempuan yang besar di Bogor ini dalam membaca peluang usaha di kota hujan, membuat kue buatannya kini laris diburu pembeli. Rizka memulai berbisnis kue lantaran terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebelumnya, bersama suami Anggoro Kasih Nugroho, ia mempunyai usaha bakso sejak tahun 2008, bahkan sampai memiliki 20 cabang dengan sistem kemitraan. Namun karena ada kesalahan dalam manajemen, omzet usahanya itu perlahan terus menurun dan akhirnya bangkrut. Kebangkrutan itu bahkan menyisakan cicilan rumah selama empat bulan yang tak bisa dibayar, dan memaksanya untuk menjual mobil, dan merelakan tiga motor operasional-nya ditarik kembali oleh leasing. Saat itu kondisi keuangannya benar-benar minus. Namun ia terus berpikir, untuk menemukan usaha lain yang bisa dilakukan selanjutnya. Akhirnya setelah berpikir lama, muncul ide menjual oleh-oleh berupa kue lapis talas dengan nama Lapis Bogor Sangkuriang. Ia terinspirasi dari lapis Surabaya, dan merasa tidak ada salahnya kalau di Bogor pun ada kue lapis Bogor. Oleh karena sudah diniatkan ingin memiliki usaha, tak ada rasa kapok dalam diri Rizka untuk berbisnis lagi. Pilihannya berbisnis kue didasarkan pada kenyataan bahwa Bogor, tempat tinggalnya selama ini, dikenal sebagai kota pariwisata. Tiap akhir pekan selalu macet oleh wisatawan. Dari situ Rizka berfikir, jika ia bisa menjaring 10 persen saja dari wisatawan itu untuk membeli produknya, hasilnya sudah sangat lumayan. Ia pun sengaja memilih talas sebagai bahan dasarnya, karena kota Bogor juga identik dengan talas. Maka tak ada salahnya untuk memanfaatkannya. Dengan pengolahan yang baik, talas pun bisa dijadikan makanan yang modern. Terlebih selama ini belum ada yang mengolah talas menjadi kue lapis, hanya sebatas keripik dan gorengan saja. Sebetulnya, Rizka yang merupakan alumni Tehnik Elektro ITS Surabaya ini tidak terlalu pandai membuat kue. Satu-satunya kue yang mampu ia buat hanyalah kue lapis Bogor ini. Itu pun setelah terlebih dahulu belajar dari ibunya yang kebetulan memang suka membuat kue rumahan. Setelah itu, ia memodifikasinya sendiri. Sekitar sebulan lamanya ia belajar, seminggu bisa sampai tiga kali ia terus mencoba-coba membuat kue modifikasi dari talas. Pertama kali ia membuat kue, hasilnya bantat. Terkadang juga terlalu manis. Awalnya hanya kerabat dekat yang diminta untuk mencicipi. Ia pun selalu memperbaiki kuenya berdasarkan saran dari para kerabatnya itu. Setelah itu, gantian para tetangganya yang diminta untuk mencicipi. Ternyata menurut mereka hasilnya enak, bahkan mereka juga mulai memesan. Sejak itulah, Rizka dan suaminya mulai serius berjualan kue lapis talas Bogor. Rizka memulai bisnisnya ini dengan modal yang sangat terbatas, hanya Rp 500 ribu, yang merupakan sisa dari bisnis baksonya. Uang itu ia belikan bahan baku dan alat pengukus. Ia menggunakan tepung talas yang dibelinya dari toko langganan di pasar yang harganya sangat murah. Oleh karena dikerjakan sendiri bersama suaminya, awalnya produksi dimulai dari pukul 06.00 hingga pukul 04.00 keesokan harinya. Setelah mendapat pesanan dari para tetangganya, Rizka lalu mulai menawarkan kuenya ke teman-teman kampus, keluarga lain, kelompok pengajian, dan komunitas lain, seperti komunitas entrepreneur. Lalu ia juga mencoba masuk ke instansi pemerintah. Ketika berhasil masuk ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan, ia mendapat respons yang sangat baik, bahkan ditawari menjadi mitra binaan. Dari situ ia sering diajak pameran dan mendapat berbagai pelatihan. Rizka pun juga mencoba masuk ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, karena di kemasan kue lapisnya tercantum slogan “Visit Bogor”. Ternyata respons-nya juga positif. Ia lalu dikenalkan ke Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota dan Kabupaten Bogor, yang langsung memfasilitasi penjualan produknya. Ketika PHRI mengadakan sebuah acara, ia selalu diundang untuk ikut meramaikan. Misalnya, ketika ada diklat di sebuah hotel selama tiga hari, ia diundang di hari terakhir untuk berjualan dengan sistem bagi hasil. Semula Rizka hanya menawarkan satu varian kue lapis, yakni lapis Bogor talas. Tapi saat ini sudah ada lapis Bogor keju, lapis Bogor brownies talas, dan lapis Bogor green tea. Dalam proses produksinya pun saat ini ia juga berusaha meminimalisir sentuhan tangan. Jadi hampir semua proses menggunakan mesin, termasuk mengolah krim lapisannya. Saat ia mengikuti berbagai pameran untuk menjual produknya, respons yang diterima dari masyarakat juga sangat positif. Awalnya, ia hanya menggunakan kemasan plastik mika warna cokelat yang ditempeli stiker. Namun setelah mengikuti beberapa pelatihan, ia baru menyadari bahwa kemasan yang menarik juga sangat penting. Akhirnya, ia pun mulai mengganti kemasannya dengan menggunakan boks. Hasilnya, orang jadi makin tertarik dan lonjakan penjualannya pun semakin lumayan. Awalnya, per hari hanya dua boks yang terjual, lalu perlahan mulai meningkat hingga mencapai 50-100 boks per hari. Rizka pun mulai berani membuka outlet di Jalan Baru (Jalan Soleh Iskandar), Bogor di Desember 2011. Empat bulan kemudian, ia membuka outlet lagi di Jalan Pajajaran dan di Puncak pada Desember 2012. Sekarang ia juga sudah punya pabrik sendiri di daerah Tanah Baru, Bogor. Kini kue yang bisa terjual sudah di atas 2000 boks per harinya, dengan harga Rp 25-30 ribu per boks. Rizka tentu saja tak bisa melupakan peran media yang membuat usahanya bisa berkembang dengan pesat seperti saat ini. Tadinya, outlet yang teletak di Jalan Baru dibagi menjadi dua ruangan. Satu untuk produksi, dan satunya lagi berfungsi sebagai toko. Namun lama kelamaan tempatnya sudah tak mencukupi lagi karena jumlah pembeli dan produksi makin banyak. Saat membuka outlet di Jalan Pajajaran, akhirnya produksi sempat dipindahkan ke sana dengan memanfaatkan ruang di lantai basement yang kebetulan tersedia. Dan lagi-lagi, tempatnya tidak mencukupi. Akhirnya ia pun membangun pabrik khusus di daerah Tanah Baru. Meski hanya seluas 400 m2, namun sanggup memenuhi kebutuhan produksinya. Ciri khas lapis Bogor buatannya adalah tentu saja dari bahannya yang menggunakan talas, teskturnya juga sangat lembut, dan rasanya tak terlalu manis. Biasanya kue lapis Bogor buatannya sering dijadikan oleh-oleh, arisan, rapat, atau untuk dikonsumsi sendiri. Dalam menjalankan usaha, tentu saja ada beberapa kendala yang kerap ditemui Rizka. Mulai dari saat memulai usaha dengan kendala modal yang terbatas, maka untuk penjualannya pun juga masih sangat terbatas, karena tak langsung bisa membuka outlet. Bersama suaminya ia pun harus bergerilya dari satu kantor ke kantor lain untuk memasarkan kuenya. Kendala lain yang terjadi saat ini terletak pada sumber daya manusia dan ketersediaan mesin pengukus. Mesin yang dimilikinya saat awal merintis usaha sudah tidak memadai lagi jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan produksi sekarang. Rizka pun segera mengatasinya dengan menambah 15 mesin tambahan lagi dengan kapasitas 96 loyang per mesin untuk sekali pengukusan. Sekarang ini, kue yang diproduksinya memang cepat sekali habis, meskipun dalam sehari, beberapa kali dikirim dari pabrik. Dua minggu sebelum lebaran, pembeli bisa antre sejak pukul 06.00 sampai sepanjang 200 meter, meskipun outlet baru dibuka pukul 07.00. Agar pembeli tetap tertib, Rizka pun sekarang menerapkan sistem nomor antrian. Semula Rizka memang tidak pernah membatasi orang yang ingin membeli kue di outletnya. Namun ia mendapatkan kenyataan banyak orang yang sekali beli sekaligus dalam jumlah banyak, yang membuat kuenya langsung habis dalam waktu satu jam sejak dikirim dari pabrik. Sehingga banyak pembeli berikutnya yang tidak kebagian, terutama wisatawan yang datang dari luar kota di akhir pekan. Tentu saja hal ini sangat mengecewakan mereka. Ternyata, pun orang yang membeli dalam jumlah banyak itu lalu menjualnya kembali dengan mobil di tempat parkir depan outletnya. Maka oleh karena itu, sejak September 2012 ia membatasi jumlah pembelian, maksimal hanya lima boks per orang. Ini juga sekaligus untuk mengurangi orang yang menjual lagi kue lapisnya, sehingga lebih banyak orang yang kebagian. Orang-orang yang menjual kuenya lagi di luar, tentu saja dapat memberikan pengaruh yang kurang baik untuk usahanya. Mereka tentu saja akan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi, sehingga orang lain pun jadi malas beli. Selain itu, kue yang dijual di luar juga tidak bisa dijamin kualitasnya, karena bisa saja terkena debu atau sudah berumur beberapa hari. Padahal kue lapis Bogor buatannya ini tidak menggunakan pengawet, sehingga rentan terhadap panas. Jika biasanya masa kadaluarsanya empat hari, bisa jadi akhirnya cuma dua hari karena dijual di tempat yang terkena sinar matahari. Soal masalah kadaluarsa, Rizka mengaku pernah mendapatkan komplain dari pembeli. Ada pembeli yang setelah kue dibawa ke luar dari tokonya dalam kondisi panas, lupa dikeluarkan dari dalam mobil. Akhirnya, dalam dua hari saja kuenya langsung berjamur. Pernah juga ada orang yang komplain terhadap kualitas kuenya, padahal ia membelinya di luar outlet resmi. Selain menjual langsung melalui outlet, Rizka juga mempunyai strategi pemasaran lain yang ia gunakan untuk meluaskan penjualan produknya. Yakni dengan memanfaatkan jejaring media sosial, melalui akun Facebook Lapis Bogor dan Twitter @LapisBogor. Dulunya, ia juga pernah memakai sistem layan antar. Pernah ada seorang ibu hamil di Bandung yang ngidam ingin makan kue lapisnya. Akhirnya ia kirimkan. Namun sampai sana ternyata kuenya berantakan. Sejak itu, layanan itu pun dihentikan, dan lebih memilih fokus menjual di Bogor saja. Rizka juga tidak ingin mewaralabakan usahanya, meskipun banyak sekali yang menawarkan. Ia tetap ingin mengelola sendiri usahanya. Saat ini karyawannya sudah sekitar 100 orang. Bila dulu hanya ia dan suaminya yang mengelola, sekarang sang suami hanya mengurusi operasional, sementara ia mengurusi manajemennya. Usaha yang digeluti Rizka ini juga telah membuahkan penghargaan, antara lain pada Wirausaha Muda Mandiri 2012 untuk regional Jabodetabek dan Wanita Wirausaha Mandiri 2013 dari sebuah majalah wanita. Selain itu ia juga sering diminta pihak Istana Negara di Bogor dan Cipanas untuk mengisi berbagai acara. Ketika ibu Ani Yudhoyono berulang tahun beberapa waktu yang lalu, kuenya sempat dijadikan sebagai souvenir. Selebritis pun banyak juga yang membeli kue di outletnya. Mereka umumnya tahu dari media dan sosial media. Rencana berikutnya, Rizka ingin membuka outlet yang sekaligus menyatu dengan rumah makan. Di dalam rumah makan itu nantinya akan diisi dengan iringan alunan musik tradisional Sunda. Ia aka mengajak kerja sama dengan seorang budayawan Bogor untuk mewujudkan idenya ini. Bila melihat ke belakang, Rizka tentu saja tidak pernah membayangkan usahanya ini akan sukses cepat. Namun yang jelas, dari usahanya yang berjalan bagus ini, rumahnya tidak jadi disegel oleh pihak bank, walau sudah sempat dipasangi pengumuman ‘akan dijual’. Kenapa Rizka Wahyu Romadhona disebut sebagai entrepreneur? Karena Rizka tidak pantang menyerah dalam menjalankan usahanya. Walaupun sempat terpuruk dengan mengalami kerugian yang sangat besar, ia mampu bangkit kembali untuk memulai usaha. Melihat peluang yang ada, Rizka bersama suami berusaha membuka usaha kuliner dengan berbahan baku berupa talas yang banyak dijumpai di daerah bogor. Dengan tekun dan gigih, ia mampu menuai hasilnya sekarang dengan mendapatkan pendapatan yang sangat besar nilainya. Karakter apa yang dimiliki? • Sifat Kerja Keras • Sifat Keyakinan Diri • Sifat Pengambilan Resiko • Sifat Inovatif • Sifat Prestatif • Sifat Presumptuous Outlet LAPIS BOGOR SANGKURIANG : 1. Jalan Raya Pajajaran komplek ruko bantar kemang no.20 O, Bogor, Indonesia 16310 , Telp. (0251) 7103322 2. Ruko Jl.sholeh iskandar (100m dari Yogya di sebelah kanan) Telp. 0818 0898 3322 (Vindalita Nur Annisa)
 

Kuncoro Wibowo : Pendiri PT. Ace Hardware Indonesia

Lahir tahun 1956, anak pertama dari sembilan bersaudara. Kuncoro Wibowo tidak sempat melanjutkan pendidikan formal karena peristiwa G30SPKI, namun iatetap mendapatkan pendidikan dengan menggundang guru dan belajar di rumahnya. Kuncoro tidak mempunyai ijazah resmi SD, walaupun ia belajar privat setara sampai dengan SMA. Berbeda dengan Adik-adiknya yang setelah peristiwa G30SPKI, melanjutkan sekolah di luar negeri. Bisnis Ace Hardware dan Chatime Ayahnya mempunyai toko perkakas berukuran 3x3 meter di kawasan Glodok, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Masa kecilnya sering dihabiskan di toko ayahnya, sepulang sekolah ia sudah dilatih untuk membantu ayahnya berjualan di toko. Kegiatannya ini sering diselingi dengan les bahasa Inggris dan Mandarin, ia baru pulang ke rumah setelah toko tutup, pukul 5 sore Ketika remaja, ia sudah diajarkan oleh ayah nya untuk berbisnis kuncoro sering berkeliling ke luar negeri, berinteraksi dengan para pemasok barang-barang perkakas tokonya dari luar negeri dan menawar dengan kemampuannya sendiri. Ia juga sering berkunjung ke berbagai pameran perkakas.Hal ini berlanjut hingga ayahnya meninggal dunia pada tahun 1981. Saat saudara-nya pergi keluar negri melanjutkan pendidikan, Kuncoro Wibowo tetap di Indonesia dan meneruskan bisnis ayahnya. Bisnis perkakas ini berlanjut dengan didirikan PT Kawan Lama Sejahtera pada tahun 1980. Dalam kurun waktu yang tidak lama, mereka membuka kantor pusat di gedung baru kawasan Glodok Jaya. Tahun 1995, dibantu oleh 5 saudaranya, ia mulai berekspansi dengan mendirikan PT. Ace Hardware Indonesia, Tbk. PT. Ace Hardware Indonesia, Tbk. adalah pemegang lisensi tunggal Ace HAdware, sebuah perusahaan retail perabot rumah tangga dan perkakas dari Amerika Serikat. Ace Hardware Indonesia, pertama kali membuka tokonya di Supermal Karawaci, Tangerang, pada tahun 1995. Tahun 1997, PT Kawan Lama Sejahtera berpindah kantor pusat di kawasan Meruya-Kembangan, Jakarta Barat. Di tempat tersebut, mereka juga membuka showroom untuk displai produk seluas 2.000 m2. Showroom tersebut dan memungkinkan simulasi dan testing produk bagi calon pembeli yang ingin menjajal produknya. Ekspansi bisnis Grup Kawan Lama berlanjut, tahun 2011melalui PT Retail Estate Solution, mereka membangun Living World, Alam Sutera dengan luas ACE Hardware sebesar 15.000 m2. Ace Hardware, Living World mendapatkan Rekor MURI sebagai Ace Hardware terbesar di Indonesia (luas 15.000 m2 dengan 75.000 jenis barang). Selain itu, ACE Hardware Living World dianugerahi juga sebagai store ACE Hardware terbesar di dunia. Sekarang sudah terdapat 110 toko Ace Hardware di seluruh Indonesia. Kuncoro Wibowo juga satu-satu nya orang yang mempunyai franchise minuman the buble Chatime asal Taiwan, yang berada di Indonesia. Kuncoro Wibowo masuk ke dalam orang terkaya se-Indonesia menempati urutan 20 menurut majalah Forbes pad tahun 2014 dengan kekayaan 10 Triliun. Kenapa disebut enterpreneur Sejak kecil Kuncoro tidak pernah mengeluh saat ia tidak dapat bersekolah dan harus membantu ayahnya setiap hari di toko hingga sore. Ia berani pergi keluar negri saat masih belia dan melakukan negoisasi untuk peralatan yang dibelinya dari orang asing. Pada saat ayah-nya meninggal ia tidak terpuruk dalam kesedihan dan bertekad untuk melanjutkan bisnis ayahnya yang telah diajarkan oleh ayahnya dan bisnis nya tidak mendapatkan guncangan karena ia telah belajar dari kecil. Saat mengalami masa sulit dalam hidup-nya tidak pernah membuat Kuncoro menjadi down atau terpuruk. Kuncoro adalah pekerja keras, semenjak sudah terbiasa tidur larut malam. Pulang, sampai di rumah, saya tidak langsung tidur, tapi membereskan bon-bon. Buat perencanaan besok, jam 1 dini hari, ia tidak suka bermalas-malasan, namun ia menganggapnya tidak sebagai beban namun ia senang melakukannya. Ia juga bekerja keras mengembangkan usahanya hingga membuat PT. Kawan Lama serta berani untuk mengambil lisensi Ace Hardware dari amerika serikat. Dan membuka toko di Indonesia. Kuncoro pun terus ber-inofasi dengang membuat produk perkakas sendiri dengan merek Krisbow yang hanya di jual di Ace Hardware dengan kualitas yang tinggi. Kuncoro pun membuka terus membuka Ace Hardware diseluruh Indonesia hingga mencapai 110 toko. Tidak sampai itu Kuncoro juga berani mengambil francise minuman asal Taiwan untuk ada di Indonesia. Kuncoro juga menerapkan practice by doing agar terus sukses, dengan mengutamakan kepercayaan pelanggan untuk memajukan usaha-nya. Ia juga bekerja keras, inovative, berani mengambil sesuatu yang beresiko, dan juga gigih. Bisnis Canvas
(Anajmi Nurintyo)
 

Djoko Susanto : Pendiri Alfamart

Djoko Susanto (lahir Kwok Kwie Fo, 1950, Jakarta, Indonesia) adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Ia adalah pemilik grup Alfamart, bisnis ritel dengan mini-mart konsep. Pada 2014, Forbes menempatkan ia pada urutan 27 dari 50 orang terkaya di Indonesia Joko adalah anak keenam dari 10 bersaudara, ia hanya mencapai kelas 1 dan terpaksa harus putus sekolah karena pemerintah Indonesia melarang siswa dengan nama-nama Cina (ia kemudian mengubah nama terakhir). Pada usia 17 ia mulai mengelola orang tuanya sederhana 560-kaki kios dengan nama Sumber Bahagia di dalam Pasar Arjuna, sebuah pasar tradisional di Jakarta. Kios tersebut menjual bahan makanan pada saat itu, selanjutnya ia juga menjual rokok dan membuka warung. Kesuksesannya ini menarik perhatian Putera Sampoerna, yang mempunyai perusahaan rokok tembakau dan cengkeh terbesar di Indonesia saat itu. Pada 27 Agustus 1989 Lahirlah Alfa Toko Gudang Rabat yang mempunyai konsep supermarket. Nama "Alfa" digunakan karena bersifat netral, tidak mengandung salah satu nama kedua orang pendirinya. Alfa Toko Gudang Rabat inilah cikal bakal kesuksean Djoko Susanto dengan brand Alfa. Ia melanjutkan kemitraan dengan Putera Sampoerna hingga 2005, bisnis rokoknya, 70% dari bagiannya untuk kemudian dijual Sampoerna Altria termasuk bagiannya pada bisnis ritel yang dijalankan oleh Djoko. Altria tidak menginginkan pada bisnis ritel dan kemudian menjual saham mereka ke Northstar, tapi Djoko kemudian membeli saham dari Northstar, membuatnya memiliki bagian terbesar dari 65%. Dia kemudian mengembangkan bisnis ritel Alfa Supermarket yang saat ini, di bawah pengelolaan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk, mereka menjalankan lebih dari 5.500 toko di bawah beberapa merek seperti Alfamart, Alfa Express, Alfa Midi dan Lawson. Alfamart awal mula berdiri bernama Alfa Mini Mart. Alfa Mini Mart berdiri di tahun 1999 dimana krisis ekonomi sedang melanda Indonesia dan dunia. Pada saat itu Djoko Susanto yakin bahwa keinginan untuk maju dan pantang menyerah dapat membawa kepada kesuksesan yang mana terbukti saat ini. Pada 2007, ia mendirikan Alfa Midi dengan badan hukum bernama PT. Midimart Utama. Ini merupakan salah satu idenya dalam diferensiasi merk yang berakhir sukses. Namun tidak semua usahanya sukses. Alfa Supermarket yang awalnya bernama Alfa Toko Gudang Rabat akhirnya harus dijual kepada Carrefour. Hal ini karena Alfa Supermarket tidak menghasilkan pendapatan yang signifikan akibat kalah bersaing dengan supermarket lain. Akhirnya ia fokus pada ritel mini market. Langkah Djoko tepat dalam menginvestasikan uangnya ke Alfamart dan Alfamidi. Hal ini ditandai dengan semakin menjamurnya gerai Alfamart di berbagai daerah dan terbentuknya kerja sama Alfa Midi dengan Lawson Melalui Yayasan Pendidikan Bunda Mulia yang didirikan pada tahun 1986, Djoko Susanto mendirikan Universitas Bunda Mulia dan Sekolah Bunda Mulia. Di Yayasan pendidikan Bunda Mulia, ia menjadi Pendiri dan Penasehatnya. Tahun 2003, Yayasan Pendidikan Bunda Mulia mengembangkan kampus keduanya. Djoko Susanto membiasakan diri untuk beradaptasi dengan peraturan dan etos kerja yang ada. Bila kita memiliki keluarga yang harmonis, disiplin dan pekerja keras, maka hal tersebut akan terbawa hingga kita beranjak dewasa dan memasuki dunia kerja. Salah satu contoh kedisiplinan keluarga yang melekat dan terbawa hingga ke dunia bisnis ada pada sosok Djoko Susanto. BMC
(Ananda Riska Amalia)
 

Gamal Albinsaid

Asuransi Sampah untuk Kalangan Bawah 


Gagasan Asuransi Sampah menurut Gamal Albinsaid, digerakkan bersama empat sahabatnya, plus dukungan satu dosennya di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, yaitu dr Rita Rosita pada Maret 2010.
Idenya memang dari Gamal. Pria yang sebentar lagi selesai dari kuliah kedokterannya awal Mei tahun ini, melakukan riset sebelumnya hampir 80% masyarakat membiayai kesehatannya tanpa asuransi, atau biaya sendiri setiap kali periksa kesehatan. Terlebih separuh dari penduduk Indonesia masih masuk low middle income, yang pendapatanya masih di bawah US$ 2 per hari bahkan 10% masih di bawah US$ 1.
Dalam skala nasional pun, alokasi anggaran kesehatan sekitar 2-3% saja, dari seluruh APBN. Padahal standar WHO minimal anggaran 5%. Di satu sisi Indonesia juga punya potensi sampah yang besar. Gamal menyebut penghasilan sampah di Amerika itu nilainya bisa sekitar US$ 150 juta. Sedang penghasilan sampah di Indonesia sehari itu bisa 80.200 ton, di Jakarta saja bisa 6.500 ton. Semua produk akan berakhir ke sampah.
Dari data tersebut, membuat Gamal dan teman-temannya berpikir, bagaimana meningkatkan anggaran kesehatan tiap keluarga dari “produksi” dalam keluarga. Keluarga menengah ke bawah pun bisa membiayai kesehatannya. Ini yang tidak disadari. Bahwa sampah yang dihasilkan dalam rumah, bisa dijadikan uang, yang bisa jadi jaminan kesehatan. Mereka menyebutnya micro currency
Akhirnya dikembangkanlah micro insurance dengan memobilisasi masyarakat, menjadikan sampah sebagai sumber anggaran kesehatan mereka. Ia mulai gagasan ini di sebuah klinik kesehatan di Lowok Waru, di sebuah kota kecamatan di Malang.
Klinik itu mau menerima ide tersebut atas dukungan dokter Rita karena klinik binaannya.Dokter Rita juga tokoh yang disegani di sana. Sayang gagasan itu tidak bisa berlanjut di klinik tersebut. Sebagai asuransi mikro ini minimal yang berpartisipasi 200 orang. Nah sistem yang belum sempurna, kurangnya anggota menjadi kendala saat itu.
Setelah gagal di klinik tersebut, mereka tidak berhenti dan menyerah. Setelah menyempurnakan sistem. Mulailah asuransi sampah ini dijalankan di lima klinik lain, yaitu empat di Kota Malang, satu di Kabupaten Malang. Dua sengaja didirikan oleh dokter Rita, Gamal dan sahabatnya itu, sedang yang tiga klinik swasta.
Jadi ada tim khusus sebagai staf recycling center, mereka yang bertugas untuk mengolah sampah. Lalu bekerjasama dengan Bank Sampah Malang juga. Jadi sebagian sampah yang terkumpul dari anggota dijual ke bank tersebut, dan sebagian lagi diolah menjadi pupuk.
Saat ini anggota asuransi sampah sudah 500 orang. Gamal dan teman-teman menjalankan metode baru yaitu Pengobatan Sampah. Ada beberapa titik di mana masyarakat bisa menyetor sampahnya dan mendaftar menjadi anggota. Nilai premi sampah itu minimal Rp 10 ribu.
Tim Gamal ada 47 orang di bawah sebuah perusahaan yang diberi nama “Indonesia Medika”. Nah di perusahaan ini, kata Gamal, bukan saja Asuransi Sampah yang digerakkan.
Indonesia Medika ini tujuannya sangat besar, mewujudkan setiap riset menjadi sesuatu yang nyata. Gamal prihatin karena banyak penelitian hanya berakhir di paper atau jurnal-jurnal. Rendah implementasi. Saat ini ada delapan titik yang siap menggerakkan ini di seluruh Indonesia. Masing-masing punya 10 anggota. Di Medan, misalnya, ada tim yang menerapkan ini. Proyeknya bukan hanya  asuransi sampah.
Mereka menyadari, harus ada kolaborasi penelitian dan penerapan. Selain itu, orang kesehatan tidak bisa jalan sendiri, harus ada interkoneksi. Maka butuh orang ekonomi, hukum, dan lain-lain untuk mengembangkan dunia kesehatan. Indonesia Medika ini mendorong semua orang dengan latar belakang disiplin ilmu berbeda untuk mengembangkan dunia kesehatan melalui beberapa gerakannya. Separuh orang Indonesia Medika adalah orang medis, separuhnya nonmedis.
Salah satu projek yang baru adalah sabuk bayi pintar. Bayi bisa mendengar sejak usia tiga bulan, ada yang bilang musik klasik bisa mencerdaskan, atau bagi ibu atau ayah yang muslim di dekat ibu hamil yang rajin membaca Al Quran akan mudah menghafal anaknya nanti.
Sabuk bayi pintar ini dikenakan oleh ibu hamil, bisa menstimulasi otak bayi berkembang lebih pesat. Produknya sudah diluncurkan sejak hari ibu tahun lalu. Distribusinya akan ke seluruh Indonesia pada Maret tahun ini. Indonesia Media juga menggagas Mother Happiness Center. Itu semua ada di website Indonesia Media informasinya.
Apakah profit oriented? Saat ini belum, prinsip Gamal, mereka siapkan sumber daya ide, orang, dan jaringan, nanti sumberdaya finansial akan datang dengan sendirinya. Nah, sejauh ini mereka menggaet kerjasama-kerja sama dengan banyak pihak.
Lalu ada Tomokid, To mother and kid, nah ini semacam layanan online konsultasi dengan dokter tentang ibu dan anak dibawah website Care for Mother. Indonesia Medika kini sudah berbadan hukum untuk keleluasaan gerak dan kerjasama dengan banyak pihak.
Sayang Gamal mengaku tidak terlalu hafal angka nilai uang yang sudah terkumpul dari asuransi sampahnya. Alasannya itu ada staf yang mencatat. Untuk asuransi sampah, Gamal dan tim menolak jika ada anggota yang hanya menyetor uang saja, harus setor premi dengan sampah.
Hingga saat ini belum ada kerjasama dengan perusahaan asuransi tertentu.
Penghargaan dari Inggris yang diterima Gamal belum lama ini, menurutnya menjadi pemicu untuk lebih baik. Baru masuk ke 7 besar, yang dari sana mendapat virtual learning programe, oleh Universitas Cambrige selama satu bulan. Baru kemudian ke Inggris, di sebuah universitas, lalu presentasi final di Unilever. Sekitar 511 kandidat yang harus bersaing dengan Gamal di sana yang datang dari 90 negara. Gamal berhasil meraih juara pertama. Untuk itu dia berhak atas hadiah 50 ribu Euro, plus pelatihan-pelatihan untuk pengembangan gagasannya ini dan mentoring Cambrige selama setahun. Dia juga mendapat gelar entreprenuer dari Kerajaan Inggris.
Gamal  (24 tahun), wirausahawan muda asal Kota Malang, Jawa Timur meraih penghargaan “The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur” dari Pangeran Charles di Inggris, menyisihkan 511 wirausaha peserta dari 90 negara.
Menurut Gamal, di London, 1 Februari 2014 lalu, penghargaan itu diumumkan Pangeran Charles dalam upacara di Istana Buckingham bersama CEO Unilever, Paul Polman, dan Vice Canchellor dari Universitas Cambridge, Professor Sir Leszek Borysiewicz di hadapan pemimpin organisasi dan perusahaan internasional lainnya.
Gamal mengaku, dirinya terpilih sebagai wirausahawan yang memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat dengan sistem Klinik Asuransi Sampah di Kota Malang.
Pangeran Charles, kata Gamal, mengakui ide itu yang menangani dua masalah pada saat yang bersamaan, yaitu sampah dan kesehatan, adalah hal yang luar biasa.
Penghargaan berupa The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur diterima Gamal setelah melalui seleksi ketat dari tujuh finalis Unilever Sustainable Living Award di seluruh dunia yaitu Anu Sridharan dari India, Blessing Mene dari Nigeria, Surya Karki dari Nepal, Isabel Medem dari Peru, Curt Bowen dari Guatemala, dan Manuel Wichers dari Meksiko.
Gamal memperoleh hadiah sebesar 50.000 Euro sebagai dukungan finansial dan paket mentoring dari Universitas Cambridge yang dirancang secara individu.
Program penghargaan internasional ini didesain untuk menginspirasi pemuda di seluruh dunia untuk menyelesaikan isu lingkungan, sosial, dan kesehatan.
Kompetisi ini mengundang wirausahawan yang berusia di 30 tahun ke bawah untuk memberikan solusi yang menginspirasi, praktis dan jelas untuk membantu mewujudkan hidup berkelanjutan.
Gamal albinsaid memiliki optimisme tinggi dengan keputusan yang diambil, berani mengambil resiko sebagai konsekuensi dalam keberhasilan usahanya. Ia juga memiliki keinginan besar untuk sukses. Ia juga menggunakan peluang dari masalah yang ada untuk membuat sebuah inovasi baru. Terbuka untuk belajar hal yang baru . Bersifat responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan yang ada dan berdedikasi tinggi dan fokus terhadap usaha yang dijalaninya.
(Ahmad Wildan)





 

NILUH DJELANTIK SANG DESAINER SEPATU TERNAMA





Ni luh Djelantik, begitulah ia dikenal. Terlahir di Bali tanggal 15 Juni 1975 dengan nama asli Ni Luh Putu Ary Pertami. Putri dari  pasangan Ni Nyoman Palmi  dan Putu Djelantik ini merupakan seorang desainer merek sepatu produk dalam negeri yang telah berkiprah di industri mode dunia. Cinta Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik terhadap sepatu, terutama hak tinggi alias high heels membuat karyanya mendapat tempat istimewa. Ni luh memang menaruh perhatian lebih pada alas kaki karena Ni luh kecil tak penah mendapat sepatu yang pas sebab ibunya selalu membelikan sepatu dengan ukuran dua atau tiga kali lebih besar dari kakinya dan sepatu Niluh mulai rusak atau berlubang saat ukuran mulai pas di kaki. Kesederhanaan itulah yang membuat Niluh berangan-angan untuk memiliki sepatu yang pas di kaki. Ni luh berasal dari keluarga yang sederhana dan broken home dan sejak umur setahun ia ikut ibunya berjualan di Pasar Kintamani. Sebagai orangtua tunggal, ibu Niluh berjuang agar bisa menyekolahkan putrinya di tempat terbaik. 
Ni luh memiliki hasrat membaca yang sangat besar, namun karena kehidupannya yang pas-pasan ibunya tidak bisa membeli banyak buku untuk Ni Luh. Untungnya, tak jauh dari kios tempat ibunya menggelar dagangan, ada sebuah toko buku. Sejak Ni luh bisa membaca, ibunya menitipkannya di toko itu. Sambil bekerja menjaga kios, Niluh pun bisa membaca buku sebanyak yang ia mau. Dengan keterbatasan pendidikan dan waktu yang habis untuk bekerja, ibunya mengaku tidak dapat mengajarkan banyak hal kepada Niluh. Setamat SMA,  Niluh meneruskan pendidikan di Jakarta sesuai dengan keinginan ibunya. Ia kuliah di manajemen keuangan Universitas Gunadarma. Setahun di Jakarta, Niluh belajar mencari kerja agar bisa mandiri. Pekerjaan pertamanya adalah operator telepon di sebuah perusahaan tekstil asal Swiss tahun 1995. Mulai berpenghasilan, Niluh teringat hasratnya memiliki sepatu yang pas di kaki. Gaji pertama yang didapat, ia langsung membeli sepatu di kawasan Blok M, Jakarta. Sepatu bertumit tinggi menjadi pilihan karena Niluh bekerja kantoran. Saat itu harga sepatu yang dibelinya sebesar Rp 15.000, disesuaikan dengan kondisi keuangan Niluh saat itu. Namun, Sepatu pertamanya yang pas di kaki tidak nyaman dipakai. Seiring membaiknya kondisi keuangan, Niluh mampu mendapatkan sepatu impian yang nyaman di kaki dan pas di hati.
Akhir tahun 2001 Ni luh kembali ke Bali dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan fashion Paul Ropp milik pengusaha Amerika Serikat. Niluh dipercaya  untuk memegang kendali sebagai Direktur Marketing. Kerja kerasnya berbuah sukses, Paul Ropp berkembang pesat. Di tahun pertama yakni 2002, penjualan naik hingga 330%. Butik bertambah hingga 10 lokasi. Namun pada awal 2003 Pekerjaan marketing harus ditinggalkan karena dalam rangka ekspansi perusahaan, harus dikompensasikan Niluh dengan jam kerja yang panjang dan berpergian keluar negeri setiap saat untuk melakukan trade show dan juga membuka pasar bagi perusahaan tersebut,  yang akhirnya membuat Niluh jatuh sakit dan dokter meminta Niluh tak berpergian jauh sekurangnya dalam waktu enam bulan. Padahal, profesinya menuntut Niluh untuk terbang ke sejumlah negara. Yang pada akhirnya Niluh memutuskan untuk kembali ke Bali.
Niluh benar-benar terobsesi oleh “kekurangan” dia  di masa lalu dan ia memiliki prinsip bahwa tiap perempuan seharusnya bisa memakai sepatu dengan tumit setinggi 12 cm dengan nyaman. Akhirnya niluh memberanikan diri melahirkan produk sepatu bernama “NILOU” di kawasan Kerobokan dengan berbekal modal Rp 33.000.000. Brand NILOU ini berasal dari slang lafal Niluh di lidah bule dan peluang pun tercipta karena Niluh bertemu Cedric Cador yang memang terbiasa memasarkan produk Indonesia di Eropa. Koleksi pertama NILOU langsung booming di Prancis,  pesanan pun membanjir hingga 4.000 pasang. Pada 2004, Ni Luh mendapatkan kontrak outsource dari jaringan ritel Topshop yang berpusat di Inggris. Pintu perdagangan ke Eropa kian terbuka lebar. Kemudian di tahun yang sama, seorang perempuan berkewarganegaraan Australia berkunjung ke gerai NILOU di kawasan Seminyak, Bali. Perempuan yang kemudian dikenal dengan nama Sally Power ini mengaku terkesan dengan sepatu Nilou dan menawarkan diri untuk menjadi distributor di Negaranya Australia.
NILOU semakin tenar. Pada saat bersamaan, desainer-desainer internasional yang berproduksi atau mencari inspirasi di Bali ikut memakai produk NILOU. Dari situlah Niluh memulai hubungan profesional mendesainkan sepatu untuk perancang-perancang busana dunia seperti Nicola Finetti, Shakuhachi, Tristanblair, dan Jessie Hill. Di awal pendirian, Ni Luh membutuhkan waktu hingga 2 bulan untuk menyelesaikan satu desain sepatu. Alokasi waktu paling lama untuk berdiskusi dengan pengrajin. Biasanya, Niluh menunjukkan sepatu mahal koleksinya ke tukang. “Niluh tanya ke mereka, bisa nggak bikin yang lebih bagus dari ini,” kata penggemar alas kaki karya Manolo Blahnik dan Christian Louboutin ini. Untuk membedakan dengan produsen sepatu lainnya, NILOU fokus ke pembuatan sepatu dengan tumit antara 10 cm hingga 12 cm dengan memakai bahan baku yang kebanyakan dari kulit asli, kuningan, kayu, hingga manik-manik. Di awal pendirian Niloh memiliki dua karyawan dan hanya mampu memproduksi 3 pasang sepatu itupun hanya barang pajangan. Setelah berkembang, Nilou memiliki kapasitas produksi hingga 200 pasang sepatu per bulan dan dibantu 22 karyawan dan 3 asisten kepercayaan. Nilou telah membuka 36 butik di 20 negara, antara lain Australia, Amerika Serikat, Prancis, Jepang, dan Uni Emirat Arab.
Di tengah kesuksesan, cobaan datang. Pada 2007, Niluh mendapat tawaran dari agen di Australia dan Prancis untuk melebarkan sayap. Nilou diproduksi secara massal di Cina dengan iming-iming sejumlah besar saham. Dengan tegas, Niluh menolak. Dia tak ingin cintanya yang melekat setiap pasang sepatu yang dihasilkan dari workshopnya tergantikan oleh mesin atas nama kapitalisme. Brand NILOU yang sudah mendunia ternyata sudah didaftarkan pihak lain dan terpaksa Niluh membunuh brand NILOU. Kemudian di awal 2008, Niluh kembali membangun usahanya dengan mproduksi sepatu bermerek “Niluh Djelantik”. Sebelum memulai dengan brand Niluh Djelantik, Niluh belum memikirkan merek pengganti dan ia berkonsentrasi untuk membangun merek luar dengan cara mendesain, mendevelopment, dan memproduksi, tetapi menyerahkan modal ke merek tersebut. Agar tak terulang, brand Niluh Djelantik langsung dipatenkan. Label baru ini bahkan telah menembus Globus Switzerland pada 2011, yang merupakan salah satu retailer terkemuka di Eropa. Dan juga bekerja sama dengan retailer terkemuka untuk membuka Niluh Djelantik di Rusia. Selain memproduksi alas kaki yang siap jual Niluh juga membuat sepatu customize lewat proses pengepasan ukuran kaki dibutiknya di Bali.
Dengan bantuan 15 perajin sepatu yang semuanya berasal dari Bali, Niluh dapat memproduksi 200 pasang sepatu per bulan. Kualitas produk yang tinggi serta menonjolkan eksklusivitas membuat harga jual sepatu buatannya tergolong tidak murah. Untuk menghasilkan sepasang sepatu, butuh waktu berkisar 2 hari hingga seminggu. Harga jualnya dibanderol mulai Rp 1.400.000 hingga Rp 5.000.000 per pasang. Hingga kini niluh memiliki tiga toko diantaranya Niluh Djelantik Outlet 144, Jalan Raya Kerobokan 80361 Bali, Niluh Djelantik Flagship Store 88 AB, Jalan Petitenget 80361 Bali dan Niluh Djelantik Jakarta 74A Jalan Kemang Timur Raya 12730 Jakarta Selatan.  Selain itu Niluh juga membuat online store di www.niluhdjelantik.com semua koleksi Niluh Jelantik mulai dari sepatu, sandal, tas, dompet, dan clutch dapat di lihat dan dipesan melalui website ini. dan Niluh juga mempromosikan semua desainnya melalui akun facebook pribadinya.  Berbagai Penghargaan telah diraih Niluh diantaranya Best Fashion Brand & Designer The Yak Awards in 2010, Dinominasikan sebagai Ernst & Young for Ernst & Young Entrepreneurial Winning Women 2012 Awards.

Daftar Pustaka:
https://indonesiaproud.wordpress.com/2012/11/19/niluh-djelantik-sepatu-lokal-yang-dipakai-selebritas-dunia/




Kenapa Ni Luh Djelantik disebut sebagai entrepreneur?
Karena Ni Luh dapat merealisasikan mimpi kecilnya menjadi usaha yang mendatangkan income dan dalam memulai usaha ini ia berani mengambil resiko apapun yang ada untuk mengalahkan halangan demi halangan menuju keberhasilannya. Di dalam melakukan usahanya ia selalu membuat inovasi dalam setiap karya, berdedikasi tinggi dan fokus terhadap usaha yang dijalaninya.

Karakter apa yang dimiliki?
      Sifat kerja keras dan keyakinan diri
      Sifat  Pengambilan Resiko
      Sifat Prestatif
      Presumptuous

Customer Relationships
·         Transactional : Beberapa customer hanya melakukan pembelian di Niluh Djelantik, kemudian putus saat itu juga. Namun ada juga yang tetap menjalin kerjasama dengan Niluh Djelantik.
·         Automated Service : Customer tidak perlu ke toko dalam melakukan pembelian, tetapi bisa di pesan juga melalui website.


Danti Rahmawati


 

Ferry Unardi, Pendiri Situs Traveloka

Ferry Unardi, Pendiri Situs Traveloka


 






Industri e-commerce Travel di Indonesia semakin berkembang, salah satu tokoh muda yang berjasa membawa pengalaman baru travelling di Indonesia pada era modern ini adalah Ferry Unardi, pendiri Traveloka.com; sebuah situs online booking(tiket pesawat dan hotel) yang kini menjadi salah satu situs terpopuler di bidangnya pada usia yang baru menginjak 3 tahun.

Lahir di Padang, 16 Januari 1988, Ferry Unardi sempat mengatakan kepada partnernya bahwa usia 23 tahun (usia mereka kala itu) masih cukup muda untuk membuat kesalahan. Pola pemikiran tersebut menjadikannya berani mengambil risiko dan berinovasi memulai usaha.

Latar Belakang Pendidikan

Ferry Unardi menaruh minat pada dunia IT sejak remaja. Minat itu diteruskan dengan melanjutkan kuliahnya di Purdue University. Tahun 2008, Ferry menyelesaikan kuliah di jurusan Computer Science and Engineering.

Menyadari bahwa dirinya masih belum mahir berbisnis, Ferry pun memutuskan untuk mendalami pengetahuan bisnisnya dengan mengambil program MBA di Harvard University. Setelah melalui berbagai pertimbangan matang, setelah satu semester Ferry akhirnya meninggalkan kuliahnya tersebut. Sebuah keputusan yang malah membawanya lebih sukses.

Tekad dan ambisi Ferry membuat usaha sendiri begitu kuat. Ferry bahkan berani hijrah ke Tingkok selama 6 bulan untuk belajar bahasa mandarin. Selagi belajar, ia banyak memerhatikan perkembangan bisnis internet di Tingkok. Ferry terkesima dengan bisnis model e-commerce di negara tersebut, seperti Alibaba, Taobao, Ctrip, dan Qunar.
Selama di negeri tirai bambu tersebut, Ferry mengamati kampanye marketing Qunar setiap harinya. Dari sanalah Ferry terinspirasi untuk membangun Traveloka.

Cikal Bakal Traveloka

Ferry mengakui bahwa ia sama sekali tidak memandang dirinya sebagai seorangentrepreneur, melainkan seorang engineer. Awalnya tak sedikitpun terbesit di benaknya untuk membuat bisnis startup. Bahkan, selama 3 tahun bekerja di Microsoft – Seattle, Ferry sempat khawatir tidak akan menjadi engineer terbaik.

Ide membangun Traveloka didasari oleh kesulitan yang dihadapi Ferry Unardi selama tinggal di Amerika. Kuliah di Boston, kerja di Seattle, dan berasal dari Padang membuat Ferry sering bolak-balik menggunakan pesawat. Ferry pusing menentukan rute perjalanan karena sulitnya mencari pesawat, terutama dari Indianapolis ke Padang. Belum lagi dengan seringnya terjadi error saat hendak memesan tiket di agen.

Pengalaman yang cukup membebaninya itu menyebabkan Ferry berpikir “jika tidak ada layanan yang menawarkan apa yang Anda butuhkan, maka buatlah sendiri”. Pemikiran itulah yang juga menjadi cikal bakal Traveloka hadir. Pada usia 23 tahun itulah, Ferry mengambil risiko untuk membangun bisnis sendiri.

  
Kesuksesan bersama Traveloka



 



Ferry Unardi kini berhasil membangun Traveloka bersama dua rekannya; Derianto Kusuma dan Albert. Berdiri pada tahun 2012, Traveloka awalnya fokus sebagai situs pencarian dan pembanding harga tiket pesawat.

Seiring perkembangan, Ferry Unardi melihat kebutuhan lain dari para pengunjung situsnya. Mereka membutuhkan cara untuk melakukan transaksi pemesanan tiket pesawat secara lebih cepat dan praktis. Memasuki pertengahan 2013, Ferry Unardi menjawab kebutuhan tersebut dengan mengubah Traveloka menjadi situs bookingonline tiket pesawat.

Ferry Unardi terus berusaha menyempurnakan bisnisnya dalam memenuhi kebutuhan pasar. Saat ini Traveloka.com juga melayani pemesanan online hotel. Penerbangan dan hotel yang disediakan Traveloka mencakup kawasan di seluruh Indonesia, Singapore, dan Malaysia, yang akan terus dikembangkan hingga cakupan internasional.

Keberhasilan tersebut juga tak lepas dari ketekunan Ferry Unardi untuk terus belajar berbisnis. Tak hanya fokus pada IT dan mengejar traffic web, Ferry juga berhasil membangun tim yang solid. Berbekal inspirasi dari buku “The Hard Thing about Hard Things” karya Ben Horowitz (veteran startup), Ferry berhasil mengembangkan timnya di Traveloka dari awalnya hanya 5 orang menjadi 20, 30, hingga kini mencapai 200 orang lebih.

Kerjasama Traveloka dengan Maskapai penerbangan dan partner pembayaran
Traveloka Sekarang

Kini, Traveloka telah berkembang dari tim kecil menjadi sebuah perusahaan. Website yang memiliki peringkat Alexa 90 (Juni 2015) di Indonesia ini memiliki puluhan juta pageview per bulan. Traveloka juga memiliki aplikasi untuk pengguna smartphone.
Kini, Traveloka telah berkembang dari tim kecil menjadi sebuah perusahaan. Website yang memiliki peringkat Alexa 90 (Juni 2015) di Indonesia ini memiliki puluhan juta pageview per bulan. Traveloka juga memiliki aplikasi untuk pengguna smartphone.

Mengapa Ferry Unardi disebut sebagai seorang Entrepreneur?
}  Memiliki optimisme tinggi dengan keputusan yang diambil, berani mengambil resiko sebagai konsekuensi dalam keberhasilan usahanya.
}  Memiliki keinginan besar untuk sukses
}  Menggunakan peluang dari masalah yang ada untuk membuat sebuah inovasi baru
}  Terbuka untuk belajar hal yang baru
}  Bersifat responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan yang ada
}  berdedikasi tinggi dan fokus terhadap usaha yang dijalaninya

Karakter apa saja yang dimiliki?
}  Pengambilan resiko
}  Inovatif
}  Keyakinan diri
}  kerja keras
}  Sifat prestatif

Business Model Canvas (BMC) Traveloka



 (Adisti Bestari)