Jody Broto Suseno : PENDIRI WAROENG STEAK N SHAKE “BUKAN STEAK BIASA”

SEJARAH Sukses yang diraih Waroeng Group tidak lepas dari keuletan dan tangan dingin sang owner (pemilik), Jody Broto Suseno (37). Dengan bakat wirausaha yang dimilikinya, sejak lulus SMA tahun 1993, Jody telah mencoba berbagai macam usaha, mulai bisnis parsel, susu segar, roti bakar, hingga kaos partai. Untung dan rugi pun pernah ia alami. Tahun 1997, Jody terlibat mengurusi usaha “Obonk Steak” milik orangtuanya. Ia diminta menangani Obonk Steak dan memasarkannya ke teman-teman kuliahnya. “Tapi sayangnya ndak ada yang datang, karena harganya cukup mahal dan tidak terjangkau oleh kantong mahasiswa,” ungkapnya sambil tersenyum. Pengalaman terakhir inilah yang memberi inspirasi untuk membuat usaha kuliner steak dengan harga mahasiswa. Jody pun mulai memikirkan cara menekan harga steak yang sejatinya memang mahal. Diakui Jody, untuk mendirikan Waroeng Steak and Shake dibutuhkan modal awal yang cukup besar. Beruntung ia memiliki sepeda motor pemberian orangtua, yang akhirnya dijual untuk modal usaha. Tanggal 4 September 2000 adalah awal berdirinya Waroeng Steak and Shake di Jalan Cendrawasih Demangan Yogyakarta. Jody memilih nama Waroeng sebagai brand usaha kulinernya untuk memberi kesan murah kepada konsumen. “Di mana-mana yang namanya steak itu mahal, makanya saya memberi nama Waroeng untuk memberi kesan murah,” kata Jody. Mengingat pangsa pasarnya anak muda dan mahasiswa, maka warna yang digunakannya pun dibuat ngejreng, dengan kombinasi warna kuning yang dominan dipadu warna putih dan hitam. Tahun pertama merupakan perjuangan bagi Jody. Dengan lima meja, sepuluh hot plate dan tiga menu utama (Sirloin, Tenderlon, dan Chicken Steak) yang disediakan Waroeng Steak, tak jarang hari-hari yang dilalui Jody tanpa pengunjung. Kalaupun ada, jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Masa awal ini lebih banyak dukanya daripada sukanya. Namun, usaha ini tetap jalan. Jody bertugas memasak di dapur, istrinya melayani tamu sekaligus menjadi kasir, dan dua karyawannya menangani tugas lainnya. “Alhamdulillah, di tahun pertama masih bisa menggaji karyawan dan memenuhi kebutuhan keluarga, meski pas-pasan,” jelas Jody. Interaksinya dengan pelanggan dan masukan yang dilontarkan mereka membuat Jody terus berbenah. Jody pun berinisiatif membuat daftar harga dan dipasang di depan warung miliknya. Ternyata cara ini efektif. Tidak lama berselang, banyak pengunjung dari berbagai kalangan memenuhi gerainya. Tahun kedua, usahanya mulai menampakkan hasil. Pengunjungnya semakin stabil, bahkan tidak mampu melayani seluruh pengunjung. Maka ia pun mengajak keluarganya untuk berinvestasi mengembangkan usaha ini, mulai dari ayah, ibu, saudara, paman, dan keluarga lainnya diajak berinvestasi dengan bagi hasil 50:50. Semakin hari usaha ini berkembang hingga cabang ke-7 dengan sistem bagi hasil. Barulah pada gerai ke-8 dan seterusnya Jody mampu mendanai sendiri gerainya, tanpa menerapkan pola franchise. Tahun 2010, Waroeng Group mulai menawarkan program menarik bagi karyawannya. Bagi yang mampu menghafal al-Qur`an minimal empat surah pilihan akan diikutkan umrah dan haji gratis. “Ternyata banyak karyawan yang bisa menghafal empat surah, dan terpaksa dilakukan pengundian untuk memilih enam di antaranya,” kata Jody. Sebagai bagian dari Spiritual Company, Jody menerapkan aturan ketat kepada karyawannya. Bila tahun 2009 larangan merokok ditujukan kepada seluruh menejemen, maka mulai 2010 seluruh karyawannya dilarang merokok. Kini, selain sibuk mengurus usahanya, Jody pun aktif mendirikan Rumah Tahfizh dan mengasuh puluhan anak untuk menghafal al-Qur`an. “Saat ini sudah berdiri empat Rumah Tahfizh yang mengasuh 83 santri mukim, dan 60 santri kalong, satu di antaranya adalah Rumah Tahfizh Waroeng Group. Alhamdulillah, usaha saya terbukti semakin meningkat, ”ungkap Jody yakin". Sekarang usaha kulinernya telah mencapai 50 outlet (gerai), dengan omzet di atas Rp 100 juta perbulan untuk setiap gerai. Mengapa Disebut entrepreneur?  Memiliki tingkat kreativitas yang tinggi  Berani mengambil resiko  Memiliki keinginan besar untuk sukses  Memiliki optimisme tinggi dengan keputusan yang diambil  Menggunakan peluang dari masalah yang ada untuk membuat inovasi baru  Bersifat responsif dalam menghadapi persoalan yang ada  Berdedikasi tinggi dan fokus terhadap usaha yang dijalaninya  Kerja keras (Karina Safira)
  • Jody Broto Suseno : PENDIRI WAROENG STEAK N SHAKE “BUKAN STEAK BIASA”
  • Unknown
  • Minggu, 20 Desember 2015
  • Tidak ada komentar:
 

0 komentar:

Posting Komentar