Wanita di Balik Zalora



Kami ingin Zalora menjadi the one destination di Indonesia. Kalau orang mau belanjafashion, pertama yang mereka ingat langsung Zalora. Sama seperti orang mau beli air minum, mikirnya langsung Aqua!”

Smart,energik, cekatan, dan cantik, rasanya kata ini menggambarkan sosok perempuan muda yang memulai kesuksesan sejak muda ini. Dia adalah Catherine Hindra Sutjahyo yang merupakan salah satu founder e-commerce fashion terbesar di Indonesia, Zalora. Wanita kelahiran Surabaya, 14 Januari 1983 ini berusaha agar situs Zalora Indonesia cepat dikenal oleh masyarakat luas.

            Putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Hindra Sutjahyo dan Emi ini memang memiliki jiwa kerja keras yang tinggi. Awal karier yang cemerlang sudah Ia rintis sejak tahun 2010 lalu saat bergabung dengan McKinsey – perusahaan konsultan kelas dunia. Di perusahaan ini Ia menangangi perusahaan-perusahaan besar yang menjadi klien McKinsey. Saran-saran hebat tentunya menjadi andalan ‘si mungil’ ini dalam menangani para kliennya.
  
 Sukses menjadi konsultan ternyata tidak membuatnya langsung berpuas diri. Pada tahun 2012, Catherine melakukan lompatan besar dalam karirnya. Bersama rekannya, Hadi Wenas, Ia mendirikan online shop Zalora yang langsung mendapat tanggapan yang baik dari publik tanah air. Zalora Indonesia mulai soft launching pada 24 Februari dan grand launching di bulan September 2012. Zalora Indonesia merupakan bagian dari Rocket Internet yang punya subholding company yang bermain di bisnis fashion online shopping, bernama Zalando dan sudah hadir di 17 negara.

            Keahlian analisisnya yang tajam, serta keyakinannya akan kelancaran bisnis e-commerce ini, akhirnya usaha Catherine pun membuahkan hasil yang maksimal. Sejak pertama kali hadir di Indonesia, Zalora telah berkembang dengan cepat. Dalam rentang waktu 6 bulan, Zalora telah menjadi daya tarik bagi masyarakat Indonesia dan memiliki lebih dari 100.000 fans di Facebook serta hampir 4.000 followers di Twitter. Sementara itu Average order per day kini mencapai 600-700 transaksi, serta memiliki sekitar 200 karyawan dengan pusat distribusi di Jakarta Timur seluas 5 ribu m2.

            “Saya memang suka start-up. Saya percaya potensi e-commerce di Indonesia, khususnya untuk produk fashion. Konsumen ingin gampang cari baju, tapi selama ini aksesnya kurang. Dengan e-commerce online seperti ini akan jauh lebih gampang,” papar Catherine tentang alasan pendirian Zalora ini.

            Ambisinya kian bergelora ketika ingin membuat Zalora menjadi the one destination di Indonesia. “Sama seperti orang mau beli air minum, mikirnya langsung Aqua!” kata Catherine.

            Tentu saja hal itu dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya menyediakan produk yang lengkap. Maka jangan heran jika anda sering menemukan Zalora yang sangat agresif dalam kegiatan promosi baik di dunia maya maupun offline. Seperti beriklan Google dan Yahoo, kemudian menyebar otomatis ke banyak situs. Sedangkan promosi offline seperti iklan Zalora di TV seperti SCTV dan First Media (Kabel Vision).

            “Bukan hanya sepatu dan baju, kami komplet. Ada aksesori, produk kecantikan, malah kami ada seperti home-nya pernak-pernik. Jadi kalau mau beli apa, gampang, di satu tempat. Pengiriman juga terjamin sampai ke rumah,” Catherine menjelaskan konsep bisnis Zalora.

            Tidak hanya di Indonesia, situs Zalora lainnya juga sudah hadir di beberapa negara di Asia, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Taiwan, dan Hong Kong. Zalora bekerja sama dengan lebih dari 400 merek ternama, baik lokal maupun internasional, dan menawarkan lebih dari 20.000 produk bagi para pecinta fashion di tanah air. Merek terkemuka seperti Nike, Adidas, Fila, Volcom, Surfer Girl, Working Hours, tersedia di sana. Kedua, free delivery ke seluruh Indonesia, baik yang di Jabotabek maupun di Papua dan Aceh.

            Tentu saja, Catherine bukan wanita biasa jika melihat perkembangan Zalora kini. Yang pasti, pengalamannya di McKinsey sangat membantu structuring dan pemikirannya. Selain itu Ia juga terus mengasah kemampuannya belajar tentang pengetahuan di industri fashion dari teman-temannya di Indonesia.
(Gravilla Larissa Dt. Lelepdadang)









 

0 komentar:

Posting Komentar